Konsep Sehat
Paradigma sehat adalah cara
pandang atau pola fikir pembangunan kesehatan yang bersifat balistik, proaktif,
antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi
banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang
berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk
agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Kesehatan adalah kondisi
dinamik keadaan kesempurnaan jasmani, mental dan sosial dan bukan semata-mata
bebas dari rasa sakit cedera, dan kelemahan saja, yang memungkinkan setiap
orang mampu mencapai derajat kesehatan yang optimal secara sosial dan ekonomi
(UU RI,1992)
Sejarah Perkembangan
Kesehatan Mental
Sebenarnya gangguan mental
sudah terjadi sejak awal peradaban manusia. Walaupun telah banyak usaha untuk
menangani masalah kesehatan mental namun belum ada yg menunjukkan keberhasilan.
Pada akhir abad pertengahan, banyak rumah sakit didirikan untuk menanggulangi
para penderita penyakit jiwa. Sampai adanya pemikiran maju dan perkembangan
ilmu pengetahuan yaitu dari Philipe Pinel . Pada tahun 1792 ada kabar
menggembirakan ketikan Philipe Pinel ditempatkan pada sebuah rumah sakit jiwa
di Paris, ia melakukan eksperimen dengan melepas rantai pengikat pasien,
memberikan tempat yang lebih bersih dan bercahaya serta memperlakukan mereka
dengan baik.
Perkembangan kesehatan
mental dipengaruhi oleh dua tokoh perintisnya, yaitu Dorothea Lynde Dix dan
Clifford Whittingham Beers. Kedua tokoh ini banyak mendedikasikan hidupnya
dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin
dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia pada
tanggal 17 Juli 1887. Usahanya mula-mula diarahkan pada para pasien di rumah
sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung
di penjara.
Perkembangan gerakan-gerakan
dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers
(1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, Ia dinobatkan sebagai ”The
Founder Of The Mental Hygiene Movement”.
Istilah Kesehatan Mental
diambil dari konsep mental hygiene,
kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental
memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang
berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau
kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan
dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri
terhadap lingkungan sosial).
Pendekatan Kesehatan Mental
Orientasi
Klasik
Orientasi klasik yang
umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai
kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang
yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik
artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan
mental.
Orientasi
Penyesuaian Diri
Peningkatan derajat
kesehatan mental setara dengan peningkatan kemampuan penyesuaian diri yang
aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri. Kemampuan penyesuaian diri
idealnya dilatih dan dibina sejak kecil.
Orientasi
Pengembangan Potensi
Mewujudnyatakan potensi
seperti bakat, kreativitas, minat dan lain-lain dalam diri individu. Pelepasan
sumber-sumber yg tersembunyi dari bakat, kreativitas, Energi dan dorongan
(Schultz, 991). Sumber 1
Teori Kepribadian Sehat Menurut Aliran Psikoanalisa, Aliran
Behavioristik, dan Aliran Humanistik
1.
Aliran
Psikoanalisa
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan
pendiri psikoanalisis. Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau
ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal atau menyimpang.Bagi
Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan
alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar
dan alam bawah sadar.
Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious)
menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan maupun insting yang tak kita
sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita.
Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak
menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut.
Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar (preconscious)
ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul kesadaran dengan
cepat atau agak sukar (Freud, 1993/1964). Isi alam bawah sadar ini datang dari
dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar (conscious perception).
Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera
masuk ke dalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran
lain.
Alam Sadar
Alam sadar (conscious), yang
memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai
elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah
satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih.
2.
Aliran
Behavioristik
Behaviorisme atau Aliran Perilaku
(juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar
pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme — termasuk tindakan,
pikiran, atau perasaan— dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini
berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa
melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti
pikiran.Teori-teori behavioristik adalah proses belajar serta peranan
lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku.
Tokoh-tokoh terkenal tentang masalah
ini diantaranya adalah:
1.
Ivan Pavlov
2.
Edward Lee
Thorndike
3.
John B.
Watson
4. B.F. Skinner
3.
Aliran
Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang
sebagai Bapak dari psikologi humanistik. Psikologi humanistik mulai di Amerika
Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang.Psikologi Humanistik mengarahkan
perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia.
Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan
oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Maslow menjadi terkenal karena teori
motivasinya, yang dituangkan dalam bukunya “Motivation and Personality”. Dalam
buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan yang
berhirarki, meliputi:
1)
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
2)
Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs / the security needs)
3)
Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
4)
Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem needs)
5) Kebutuhan
akan aktualisasi diri (the self-actualization needs). Sumber 2
Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan Personal
Penyesuaian
Diri
Penyesuaian diri merupakan
proses yang berlangsung sepanjang hayat. Dengan demikian penyesuaian diri yang efektif
dapat diukur dari seberapa baik individu dalam menghadapi dan mengatasi kondisi
yang senantiasa berubah.
Shoben (dalam Korchin, 1976)
menyebutkan istilah penyesuaian integrative (integrative adjustment), yang
ditanda oleh pengendalian diri, tanggungjawab pribadi dan sosial, minat sosial
yang demokratik, dan ide-ide ideal.
Pertumbuhan
Personal
Pertumbuhan (growth)
berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada
tingkat sel, organ maupun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif
sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm,
m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam
tubuh). Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran,
perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru.
Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda dsetiap
kelompok umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang
berbeda. Sumber 3
Sumber
1
Riyanti, B. P. Dwi. 1998. Psikologi Umum 2
Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Gunadarma.Jurnal “Paradigma Sehat” oleh Febri Endra
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan
http://blog.uad.ac.id/nurfitria/files/2011/07/kuliah-3-pendekatan-dalam-kesehatan-mental1.pptx
http://staff.ui.ac.id/internal/0800300001/material/KesehatanMental.doc
Sumber
2
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori
Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta : Salemba Humanika.Basuki,Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme
Sumber
3
http://eprints.uny.ac.id/4226/2/deteksi_dini_gangguan_tumbang.pdfhttp://www.psychologymania.com/search?q=pertumbuhan&submit=search
Teori kepribadian sehat menurut:
A.
Allport
: Ciri-ciri Kepribadian yang Matang
Tujuh
kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang
sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1. Perluasan
Perasaan Diri
Ketika dia berkembang, maka diri itu meluas menjangkau
banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu. Kemudian
ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi
nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Akan tetapi tidak cukup hanya
berinteraksi dengan sesuatu atau seseorag di luar diri seperti pekerjaan. Orang
harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini
“pasrtisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana. Yang
penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan
dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Pekerjaan itu
menantang kemampuan-kemampuan anda, karena dengan mengerjakan pekerjaan itu
dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa enak. Semakin seseorang terlibat
sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia
akan sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi
pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran dan
keanggotaan kita dalam politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas
yang penuh arti ini dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan perasaan
diri.
2. Hubungan
Diri yang Hangat dengan Orang-orang lain.
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan
dengan orang-orang lain : kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk
perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan
keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang
dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan
diri yang berkembang baik. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah
suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu
pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua
bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan,
penderitaan- penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang
merupakan ciri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui "perluasan
imajinatif" dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu,
kepribadian yang matang sabar tehadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak
mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan
manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama.
3. Keamanan
Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa
kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang
sehat mampu menerima semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan-kelemahan
dan kekurangan-kekurangan tersebut.
Orang-orang yang sehat mampu berusaha bekerja sebaik
mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki diri mereka.
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia dan
bukan tawanan dari emosi-emosi itu.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang
disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana
seseorang bereaksi terhadap tekanan dan terhadap hambatan dari kemauan-kemauan
dan keinginan. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran
ini.
4. Persepsi
Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara
objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain
atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka
pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan
dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya
menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan
menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu
suatu tingkat kemampuan dan menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara
ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan
kita.
Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan
psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya
dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman
Diri
Usaha untuk mengetahui diri secara objektif disebut pemahaman
diri (self-objectification) yang berguna dalam setiap usia.
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang
hubungan / perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang
dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Orang yang memiliki suatu
tingkat pemahaman diri (self-objectification) yang tinggi atau wawasan diri
tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada
orang-orang lain.
7. Filsafat
Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan,
didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Allport
menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness), dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang
sehat. bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat
tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan.
Mungkin kerangka untuk tujuan-tujuan khusus itu adalah
ide tentang nilai-nilai. Allport
menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat
penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Suara hati
ikut juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati
yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri
sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai
agama atau nilai-nilai etis.
B. Rogers : Perkembangan Kepribadian
1. Motivasi
Orang yang Sehat : Aktualisasi.
Menurut Rogers (1959), bayi mulai
mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah
dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran
pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”).
Saat bayi telah membangun struktur diri
yang mendasar, kecenderungan mereka untuk aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi
sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Kecenderungan aktualisasi
merujuk pada pengalaman organisme dari individu; sehingga hal tersebut merujuk
pada manusia secara keseluruhan – kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan
kognitif. Rogers (1959) mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri (self-concept) dan diri ideal (ideal self).
2. Konsep
Diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam
keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari (walaupun selalu tidak
akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik.
3. Diri
Ideal
Subsistem kedua dari diri adalah diri ideal, yang didefinisikan sebagai
pandangann seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal
meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh
seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dan konsep diri mengindikasikan
inkongruensi dan merupakan
kepribadian yag tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis, melihat
sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan ap yang mereka inginkan secara
ideal.
C. Maslow : Hirarki Kebutuhan Individu
Kita dapat berpikir tentang tingkat kebutuhan-kebutuhan diri Maslow seperti suatu tangga; kita
harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama sebelum anak tangga kedua, dan
pada anak tangga kedua sebelum anak tangga ketiga dan seterusnya, kebutuhan yang paling rendah dan paling kuat
harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya naik
tingkat sampai muncul kebutuhan kelima dan yang paling tinggi –
aktualisasi-diri.
Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisasi-diri memuaskan
empat kebutuhan yang berada dalam tingkat lebih rendah: (1) kebutuhan-kebutuhan
fisiologis, (2) kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan-kebutuhan
akan memiliki dan cinta, (4) kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan.
Kebutuhan-kebutuhan ini harus sekurang-kurangnya sebagiannya dipuaskan dalam
urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi-diri.
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu
lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusian. Ada empat ciri
psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
a) Memusatkan
perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman
sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b) Memberi
tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas,
aktualisasi diri, sebagai lawan pandangan tentang manusia yang mekanistis dan reduksionis.
c) Menyadarkan
diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan
prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
d) Memberikan
perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat
manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap
individu (Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi
humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered
therapy (Walgito, B 2002 : 80).
D. Erich Fromm : Ciri-ciri Kepribadian yang
Sehat
Salah satu
ciri pribadi yang sehat menurut Fromm, yaitu adanya kemampuan untuk hidup dalam
masyarakat sosial. Masyarakat sangat berperan penting dalam pembentukan
kepribadian. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah
masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Ada lima
watak sosial dalam masyarakat, yaitu :
1. Penerimaan ( receptive )
2. Penimbunan ( hoarding )
3. Penjualan/pemasaran ( marketing )
4. Penghisapan/pemerasan ( exploitative )
5. Produktif ( productive )
Dari kelima
watak sosial ini yang benar – benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif
karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu
perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat
yang baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5
tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu :
1. Cinta persaudaraan
2. Cinta keibuan
3. Cinta erotik
4. Cinta diri
5. Cinta illahi
Menurut
Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup hidup di masyarakat
sosial yang ditandai dengan hubungan – hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh
solidaritas penuh cinta dan saling tidak merusak atau menyingkirkan. Dengan
demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri – ciri
sebagai berikut :
1) Mampu
mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat
2) Mampu mencintai dan dicintai
3) Mampu
mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan tsb
4) Mampu hidup
bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat
5) Mampu
menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
6) Memiliki
watak sosial yang produktif
Sumber :
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kapribadian Sehat. Yogyakarta :
Kanisius
Semiun,
Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta : Kanisius
Riyanto,
Theo. 2006. Jadikan Dirimu Bahagia. Yogyakarta : Kanisius
Feist,
Jess dan Gregory J. Feist. 2011. Teori
Kepribadian Buku 2 Ed. 7 (2nd book
Theories of Personality 7th).
Jakarta : Salemba Humanika.
Basuki,Heru.
2008. Psikologi Umum. Jakarta :
Universitas Gunadarma.
Pengertian Stress
Apakah arti stres itu? Apakah stres selalu
bermakna negatif? Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun
mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang
Menurut Selye (Bell,
1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya
ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya
denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor
dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa
tidak mampu untuk terus bertahan.
Stres
merupakan:
· Respons
terhadap kondisi lingkungan yang tak diinginkan, dan bagaimana tubuh bereaksi
pada tuntutan yang dihadapi”.
· Jika
tuntutan berlebihan diberikan pada seseorang, hal tersebut dapat melampaui
kemampuan orang tersebut untuk mengatasinya.
· Respons
non-specific tubuh pada tuntutan yang diterima, baik yang menyenangkan
atau tidak.
· Tekanan
yang tak teratasi, regangan atau kekuatan yang bekerja pada sistem fisik atau
mental seseorang yang tidak berlanjut dapat menyebabkan
kerusakan.
Jadi, stress dapat
mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua
efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya
individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut
mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
Stres yang optimal akan membuat motivasi
menjadi tinggi, orang menjadi lebih bergairah, daya tangkap dan persepsi
menjadi tajam, menjadi tenang, dan lain-lain. Adapun stres yang terlalu rendah
akan mengakibatkan kebosanan, motivasi menjadi turun, sering bolos, dan
mengalami kelesuan. Sebaliknya stres yang terlalu tinggi mengakibatkan
insomnia, lekas marah, meningkatnya kesalahan, kebimbangan, dan lain-lain.
Stres juga harus dibedakan dengan stresor.
Stresor adalah sesuatu yang menyebakan stres. Stres itu sendiri adalah akibat
dari interaksi (timbal-balik) antara rangsangan lingkungan dan respons
individu.
Arti
penting stress
☺ Faktor-faktor individual dan
sosial yang menjadi penyebab stres
Terjadinya stres tergantung pada stresor dan
tanggapan seseorang terhadap stresor tersebut. Stresor meliputi berbagai hal.
Lingkungan fisik bisa menjadi sumber stresor, seperti suhu yang terlalu panas
atau dingin, perubahan cuaca, cahaya yang terlalu terang/gelap, suara yang
terlalu bising dan polusi merupakan sumber-sumber potensial yang bisa menjadi
stresor. Kepadatan juga bisa mengakibatkan stres.
Stresor bisa berasal dari individu sendiri.
Konflik yang berhubungan dengan peran dan tuntutan tanggung jawab yang
dirasakan berat bisa membuat seseorang menjadi tegang.
Stresor yang lain berasal dari kelompok
seperti: hubungan dengan teman, hubungan
dengan atasan dan hubungan dengan bawahan.
Terakhir, stresor bisa bersumber dari ke
organisasian seperti kebijakan yang diambil perusahaan, struktur organisasi
yang tidak sesuai dan partsipasi para anggota yang rendah.
☺ Efek-efek stres menurut Hans
Selye > General Adaptation Stress
Menurut seorang pelopor
penelitian mengenai stre yang dilahirkan di Austria bernama Hans Selye
(1974,1983), stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat
berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Sindrom adaptasi umum (general
adaptation syndrome/GAS) adalah konsep yag dikemukakan oleh Selye yang
menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada tuntutan yang ditempatkan pada
tubuh tersebut. GAS terdiri dari tiga tahap : peringatan, perlawanan, dan
kelelahan dan Local Adaptation Syndrome (LAS).
General Adaptation Syndrome
(GAS)
1. Tahap peringkatan (alarm), individu memasuki
kondisi shock yang bersifat
sementara, suatu masa dimana pertahanan terhadap stres ada di bawah normal.
Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya. Otot menjadi
lemah, suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga turun. Kemudian terjadi apa
yang disebut dengan countershock,
dimana pertahanan terhadap stres mulai muncul; korteks adrenal mulai membesar,
dan pengeluaran hormone meningkat. Dan tahap alarm berlangsung dengan singkat.
2. Tahap perlawanana
(resistance)
Dimana pertahanan stres
menjadi semakin intensif, dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada
tahap pertahanan, tubuh individu dipenuhi oleh hormone stres; tekanan darah,
detak jantung, suhu tubuh dan pernafasan semua meningkat. Bila semua upaya yang
dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap ada, individu akan
memasuki tahap kelelahan.
3. Tahap kelelahan (exhausted)
Dimana kerusakan pada tubuh
semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan di tahap
kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakit akan meningkat.
Local Adaptation Syndrom
(LAS)
Tubuh
menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini
termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya,
dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
a) respon yang terjadi hanya
setempat dan tidak melibatkan semua system.
b) respon bersifat adaptif;
diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
c) respon bersifat jangka pendek
dan tidak terus menerus.
d) respon bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini
banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan
dibawah ini :
a. Respon inflamasi
Respon ini distimulasi oleh
adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh
yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan
dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
Ø Fase pertama :
Adanya
perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah
ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah
putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein,
leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
Ø Fase kedua :
Pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi
cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
Ø Fase ketiga :
Regenerasi
jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri
Respon ini merupakan respon
adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya
mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
Tipe-tipe Stres.
1. Tekanan
Tekanan itu muncul tidak
hanya dalam diri sendiri , bisa jadi dari luar diri, karena biasanya apa yang
kita sukai bertentangan dengan apa yang menjadi pandangan orang tua dan ini
bisa menjadi salah satu tekanan psikologis terhadap anak yang akan berdampak
stress.
2. Frustasi
Suatu kondisi psikologis yang
tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya seseorang dalam mencapai apa
yang di inginkannya .
3. Konflik
Konflik terjadi apabila ada
perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang,
kelompok atau organisasi karena memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam
upaya mencapai tujuan.
4. Kecemasan
Kecemasan itu suatu respon
atau sinyal menyadarkan seseorang tentang perasaan khawatit, gelisah , dan
takut yang sedang ia rasakan. Ini timbul dari emosi seseorang karena merasa
tidak nyaman, tidak aman atau merasakan ancaman dan sering kali terjadi tanpa
adanya penyebab yang jelas ini karena respon terhadap situasi yang kelihatannya
tidak menakutkan atau bisa juga sebagai hasil rekaan.
Syptom reducing responses terhadap stress
☺ Respon terhadap stress
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566)
penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu:
Coping yang berfokus pada masalah
(problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk
penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi
masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
Coping yang berfokus pada emosi
(problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres
dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional,
terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
☺ Defence mechanism Diri
1. Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu
cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya
menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain
tersebut.
2. Kompensasi
Seorang individu tidak
memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang
lain.
3. Overcompensation/ reaction
formation
Perilaku seseorang yang gagal
mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut
dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya
berlawanan dengan tujuan pertama.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu
mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu
konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam
bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme
perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri
atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih
rendah daripada rasionalisasi.
6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi
dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai
seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan
konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar
saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan
berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls
yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan.
9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang
tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang
kurang menyenangkan dirinya.
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan
terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang
yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan
lingkunganya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan
lamunan.
13. Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu
bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang
lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang
aktif (terbuka).
☺ Pendekatan problem solving
terhadap stress
Strategi koping yang spontan mengatasi stress
Proses mental dan intelektual
dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang
akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat .
Strategi coping yang spontan
mengatasi stres ada dua yaitu :
1. Strategi Terfokus Masalah
yang disebut juga Problem focus coping,
yaitu upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi
spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya
atau menghindarinya. Strategi yang ditempuh untuk memecahkan masalah antara
lain menentukan masalahnya, mencari pemecahan alternative,
menimbang-nimbang alternative tersebut, dan memilih salah satunya dan
mengimplementasikannya.
2. Strategi Terfokus Emosi yang
disebut juga Emotion focus coping, yaitu
upaya untuk memecahkan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Terdapat banyak
cara untuk mengatasi emosi negative.
Sumber :
Santrock. W John. 2003.Adolescence perkembangan remaja.Jakarta : Erlangga
Basuki Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta : Universitas Gunadarma.
Siswanto. 2007. Kesehatan
Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Andi Sunaryo. 2002.
Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Halgin, R.P.,
Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Koping (Coping) Stress
☺ Pengertian dan jenis-jenis
koping
Koping termasuk konsep sentral dalam memahami
kesehatan mental. Koping berasal dari kata coping
yang bermakna harfiah pengatasan/ penanggulangan (to cope with = mengatasi,menanggulangi). Namun karena istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak
dalam Psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka penggunaan istilah
tersebut dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk
membantu memahami bahwa coping (koping) tidak sesederhana makna harafiah nya
saja. Koping sering disamakan dengan adjustment
(penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan
masalah (problem solving).
Pengertian koping memang dekat dengan kedua
istilah diatas, namun sebennarnya agak berbeda. Pemahaman adjustment biasanya merujuk pada penyesuaian diri dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah lebih mengarah pada proses kognitif
dan persoalan yang juga bersifat kognitif.
Koping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang
dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu
tantangan/luka/kehilangan/ancaman. Jadi, koping lebih mengarah pada yang orang
lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang
membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi
orang ketika menghadapi stres/tekanan.
Kaitan koping dengan mekanisme pertahanan diri
(defence mechanism) ada ahli yang
melihat defence mechanism sebagai
salah satu jenis koping (Lazarus,1976). Ahli lain melihat antara koping da
mekaisme pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda (Harber & Runyon,
1984)
Lazarus membagi koping menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Tindakan Langsung (Direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah
laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman
atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan.
Individu menjalankan koping jenis direct
action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap
masalah yang dihadapi.
Ada
4 macam koping jenis tindakan langsung:
a. Mempersiapkan diri untuk
menghadapi luka.
Individu
melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau
mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan
yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut. Misalnya,
dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan diri dengan mulai
belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang diambilnya, sebulan
sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya lebih baik dibanding
dengan semester sebelumnya, karena dia hanya mempersiapkan diri menjelang ujian
saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi. Imunisasi
merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak mereka menjadi
lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit tertentu.
b. Agresi.
Agresi adalah tindakan yang
dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan
melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa/menilai dirinya lebih
kuat/berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran
yang dilakukan oleh pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada
dipemukiman kumuh. Tindakan tersebut tergolong ke dalam agresi, dan tindakan
tersebut bisa dilakukan karena pemerintah memiliki kekuasaan yang lebih besar
dibanding dengan penduduk setempat yang digusur.
c. Penghindaran (Avoidance)
Tindakan
ini terjadib bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya
sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari situasi
yang mengancam tersebut. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari
rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik
seperti Aceh.
d. Apati
Jenis
koping ini merupakan pola orang yang putus asa.
Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak
dan menerima begitu aja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk
melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya,
pada kerusuhan Mei. Orang-orang China yang menjadi korban umumnya tutup mulut,
tidak melawan dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka.
☺ Jenis-jenis koping yang
konstruktif atau positif (sehat)
Harber & Runyon (1984)
menyebutkan jenis jenis koping yang dianggap konstruktif, yaitu:
1. Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan
kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan
kemudian memilih salahb satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan.
Individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan
dengan persoalan yang dihadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif
pemecahannya, kemudian memilih alternatif yang paling menguntungkan dimana
resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk
membedakan antara kompone-komponen emosional dan logis dalam pemikiran,
penalaran maupun tingkah laku.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk
memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi.
4. Humor
Yaitu kemampuan utnuk melihat
segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif
persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan
lagi ketika dihadapi dengan humor.
5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menakan
reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu
untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yag lebih konstruktif.
6. Toleransi kedwiartian atau
ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk
memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh
karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidakjelasan tersebut.
7. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat
sesuatu dari pendangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk
menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.
APA (1994) yang menerbitkan
DSM-IV juga menyebutkan sejumlah koping yang sehat yang merupakan bentuk
penyesuaian diri yang paling tinggi dan oaling baik (high adaptivr level) dibandingkan dengan jenis bkoping lainnya.
Selain supresi, sublimasi, dan humor seperti yang telah disebutkan dimuka,
jenis koping yang sehat lainnya adalah:
1)
Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu
untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan
konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar,
dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan
cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
2)
Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk
berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka.
Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan
luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan
dukungan dan pertolongan.
3)
Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan
cara mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya
stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan
pengabdian pada kebutuhan orang lain.
4)
Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang
menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan
pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau
memanipulasi orang lain.
5)
Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar
dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif
proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku,
motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai
diri sendiri yang semakin mendalam.
2. Peredaan atau
peringanan (Palliation)
Jenis koping ini
mengacu pada mengurangi/menghilangkan/ menoleransi tekanan-tekanan
kebutuhan/fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang
dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah.Ada 2 macam koping jenis
peredaran/palliation :
a. Diarahkan Pada
Gejala (Sympton Directed Modes)
Macam koping ini
digunakan bila gangguan gejala-gejala gangguan muncul dari diri individu,
kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut.
b. Cara Intrapsikis
(Intrapsychic Modes)
Koping jenis peredaran
dengan cara intrapsikis adalah dengan cara-cara yang menggunakan perlengkapan
psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah Defense mechanism (mekanisme
pertahanan diri).
Sumber:
Siswanto. 2007. Kesehatan
Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Andi Sunaryo. 2002
Penyesuaian Diri dan
Pertumbuhan
A)
Pengertian dan Konsep Penyesuaian Diri
Dalam
istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah biologi) disebut dengan istilah adjusment. Adjusment itu sendiri merupakan suatu proses untuk
mencari titik temu atara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff
dalam Hermawan, 2010).
Sebenarnya
dalam bahasa Inggris, istilah penyesuaian diri memiliki dua kata yang berbeda
maknanya, yaitu adaptasi (adaptation)
dan penyesuaian (adjusment). Kedua
istilah tersebut sama-sama mengacu pada pengertian mengenai penyesuaian diri,
tetapi memiliki perbedaan makna yang mendasar.
Adaptasi
(adaptation) memiliki pengertian
individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Penyesuaian
(adjustment) dipahami sebagai
mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu.
B)
Pertumbuhan Personal
1.
Penekanan
Pertumbuhan Diri
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Prof. Gessel
mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.
Manusia adalah makhluk hidup yang
terus mengalami pertumbuhan. Ada pertumbuhan fisik ada pula pertumbuhan
kepribadian secara psikis yang diihat dari sosialnya.
Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau
dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.
Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa
terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus
kehidupan. Kedelapan tahap itu yaitu:
1.
Kepercayaan dan
ketidakpercayaan (trust versus mistrust)
2.
Otonomi dengan rasa malu dan
keragu-raguan (autonomy versus shame and doubt)
3.
Prakarsa dan rasa bersalah (initiative
versus guilt)
4.
Tekun dan rendah diri (industry
versus inferiority)
5.
Identitas dan kebingungan identitas
(identity versus identity confusion)
6.
Keintiman dan keterkucilan (intimacy
versus isolation)
7.
Bangkit dan berhenti (generality
versus stagnation)
8.
Integritas dan kekecewaan (integrity
versus despair)
2.
Variasi Dalam Pertumbuhan
Pertumbuhan memang sangat beragam
dan berbeda pada tiap individu. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan
penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun
sosialnya. Hal ini dikarenakan terkadang terdapat rintangan-rintangan yang
menyebabkan ketidakberhasilan.
3.
Kondisi-kondisi untuk Bertumbuh.
Kondisi
jasmani seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan
erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi
pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat
menyesuaikan diri nya.
Carl Roger
menyebutkan 3 (tiga) aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu
hubungan ;
1.
Keikhlasan
kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2.
Menghormati
keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
3.
Keinginan yang
terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
1. Faktor Biologis
Karakteristik
anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis
yang sangat kental.
2. Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dan nantinya akan
menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3.
Faktor
Budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga
berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap
orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga. Sumber
4
Hubungan Interpersonal
Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana
ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi
juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi
kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Di dalam
hubungan interpersonal tedapat juga komunikasi interpersonal yaitu Komunikasi
interpersonal menurut Mulyana (2001) komunikasiinterpersonal adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal.
Menurut Rogers
mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah merupakan komunikasi dari mulut
ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.
A.
Model-model Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan
mengenai hubungan interpersonal, yaitu:
1. Model
Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang
lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan
Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial
sebagai berikut:
“Asumsi
dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan
tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap
akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.
2. Model
Peranan
Model peranan menganggap hubungan
interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan
peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan
peranannya.
3. Model
Interaksional
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat
struktral, integratif dan medan. Terdiri dari subsistem-subsistem yang saling
tergantung dan bertindak bersama, mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan
mempertahankan sebagai suatu kesatuan.
Bila ekuilibrium dari sistem terganggu,
segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat
dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
B. Memulai Hubungan Pembentukan Kesan dan Ketertarikan
Interpersonal
dalam Memulai Hubungan
Suatu hubungan interpersonal dimulai
dengan adanya ketertarikan interpersonal di mana ketertarikan meliputi evaluasi
sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka.
Tahap Hubungan
Interpersonal
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal,
yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan
tahap perkenalan. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan
dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b)
sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian;
e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
2. Pemutusan
Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang
berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat
menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a) Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu
dengan mengorbankan orang lain.
b) Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak
lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c) Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila
tujuan bersama tidak tercapai.
d) Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu
yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e) Perbedaan
nilai, dimana kedua pihak tidak
sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
B1. Jenis
Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa jenis hubungan
interpersonal, yaitu: a) berdasarkan jumlah individu yang terlibat; b)
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c) berdasarkan jangka waktu; serta d)
berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan
jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diad dan
hubungan triad. Hubungan diad merupakan hubungan atara dua individu. Sedangkan
hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang.
Hubungan interpersonal berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan
sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan
menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian.
Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan
untuk menyelesaikan sesuatu.
Hubungan interpersonal berdasarkan
jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan
jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya
berlangsung sebentar. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu
yang lama.
Selain ketiga jenis hubungan
interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis
hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman,
yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.
B2. Faktor
Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan
interpersonal, yaitu:
1.
Komunikasi efektif
2.
Ekspresi wajah
3.
Kepribadian
4.
Stereotyping
5.
Kesamaan karakter
personal
6.
Daya tarik
7.
Ganjaran
8.
Kompetensi
C.
Intimasi dan Hubungan Pribadi
C1. Pengertian Intimasi
Intimasi adalah kedekatan secara emosional
dan psikologis diantara dua orang atau lebih (Atwater). Papalia dan Olds mendefinisikan
intimasi sebagai sebuah kedekatan secara interpersonal diantara dua orang dan
bahwa kedekatan yang terjadi tidak hanya sebatas pada dua orang yang saling
mencintai (suami istri), namun juga terdapat pada hubungan pertemanan atau
persahabatan, persaudaraan, dan ikatan-ikatan lainnya.
Steinberg berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan
emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain,
keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
D. Intimasi
dan Pertumbuhan
Salah satu syarat menjadi cinta dan
dekat kepada seseorang dalam adalah intimasi atau keintiman. Hal ini juga
disebutkan dalam Triangle Love Theory milik Robert Sternberg yang terdiri dari
komponen keintiman (intimacy), gairah
komponen (passion component), dan
komponen keputusan / komitmen (decision/commitment
component). Sumber 5
Sumber 4:
Sumber 5:
Cinta dan Perkawinan
Cinta sejati didasarkan pada persahabatan,
kepercayaan, dan kepedulian kepada orang
lain. Cinta memusatkan diri pada seorang manusia beserta sifat-sifatnya secara
utuh, bukan hanya hiasan fisiknya. Cinta memang berarti menyukai “penampilan
fisik” seseorang, tapi dia jauh menyukai apa yang ada di “dalam”. Penampilan
dan kemolekan fisik bisa diibaratkan seperti bungkusan hadiah yang menarik;
pembungkus tersebut hanya menutupi hadiah sesungguhnya.*
Pernikahan adalah kemitraan seumur hidup. Seorang pria
dan wanita harus bekerja keras untuk menjadikan pernikahan mereka berhasil, dan
keberhasilan itu nggak datang begitu saja. Dan sementara enggak ada jaminan
semua akan berhasil, mengetahui apa yang harus dicari dari pasangan hidup bisa
membantumu menemukan seseorang yang tepat bagimu.**
“pernikahan bukanlah tujuan; pernikahan adalah sebuah perjalanan”
*Ron Herron dan Val J.
Peter, I Love Me: Gimana Jadi Remaja Pede N’ Smart Jakarta: Kaifa, 2003). Hlm.
167
**Ron Herron dan Val J.
Peter, I Love Me: Gimana Jadi Remaja Pede N’ Smart Jakarta: Kaifa, 2003). Hlm.
173
A.
Bagaimana
Memilih Pasangan
Kita
akan belajar ketujuh kriteria yang harus ada dalam diri si dia. Kriteria ini
adalah karakter yang baik dalam diri seseorang.
1.
Komitmen Terhadap Pertumbuhan Pribadi
2.
Keterbukaan Emosional
3.
Integritas
4.
Dewasa dan Bertanggung jawab
5.
Memiliki Citra Diri Yang Sehat
6.
Bersikap Positif Dalam Hidup Ini
7.
Ada perasaan tertarik
Tanggapan:
Menurut
saya seseorang yang mencari pasangan lebih menutamakan kesamaan dalam hal
kepercayaan yaitu kesamaan agama. Saya pernah berbicara kepada teman-teman saya
yang agamanya minoritas dan mayoritas dengan bertanya hal kecil kalian ingin
punya pasangan seperti apa? Dan rata-rata mereka menjawab yang seiman dan dapat
menuntun dalam hidup bergama yang lebih baik.
Dari
artikel diatas saya juga mendapati penulis mengatakan carilah karakter baik
bukan pribadi yang baik. Adanya hal positif dalam diri seseorang juga dapat
menimbulkan daya tarik dan nilai lebih pada seseorang. Hal positif bisa
didapatkan dengan memohon pada Tuhan supaya menjadi pribadi yang sesuai
kehendak Tuhan. Yakinlah Tuhan tidak akan memberi ular kepada mereka yang
meminta roti. Yakin juga akan istilah Belief On A Just World dunia
adalah tempat yang baik, yang baik selalu mendapatkan ”hadiah”.
B. Seluk Beluk Dalam Hubungan Perkawinan
CINTA: Jalan Menuju Pernikahan Sukses
Mencapai
pernikahan sukses adalah hal yang sangat diidam-idamkan oleh
orang-orang yang telah menikah. Namun alangkah sulitnya mencapai pernikahan
sukses itu. Ini bisa dilihat dari prosentase orang yang bercerai dari tahun ke
tahun, yang realitanya adalah semakin banyak pasangan yang bercerai di tengah
jalan. Seperti kita ketahui bahwa awal yang mendasari suatu pernikahan adalah
perasaan saling mencintai satu sama
lain, namun seringkali kita lupa bahwa kekuatan cinta bisa pudar karena
perjalanan waktu bila tidak disirami dengan secara terus menerus, yakni berupa
tindakan-tindakan kasih sayang.
Dengan menyirami cinta Anda
dengan tindakan-tindakan kasih sayang yang nyata, maka niscaya pernikahan Anda
akan langgeng selama-lamanya.Oleh karena mulailah sedari awal Anda memulai
mahligai keluarga, agar tindakan-tindakan Anda harus penuh kasih sayang
terhadap pasangan Anda. Juga disini dituntut upaya seratus persen, bukan 75%
atau bahkan setengahnya, tetapi berikanlah kasih sayang Anda secara total
kepada pasangan Anda, sehingga ia dapat merasakan bagaimana Anda mencintai dia.
Tentunya dengan Anda sebagai pemicu untuk memulai menunjukkan kasih sayang Anda
kepadanya, ia juga akan terpacu pula untuk memberikan tindakan ia yang terbaik
untuk Anda.
Runtuhnya ikatan pernikahan
memang sangat disayangkan dan tidak patut terjadi pada suatu pasangan, bila
sedari awal mereka telah berkomitmen untuk saling mencintai satu sama lain
seumur hidup, namun bukan hanya di ucapan atau bibir saja, tetapi harusnya
dimasukkan ke dalam relung hati yang paling dalam. Dari dulu hingga sekarang, rahasia pernikahan sukses
selalu didengung-dengungkan orang, yakni jangan hilang perasaan saling mencintai,
karena itulah inti yang akan mengobarkan semangat Anda guna mencapai pernikahan
sukses di kemudian hari dengan pasangan yang Anda nikahi saat ini. Bila saat
ini Anda merasakan api cinta Anda mulai meredup dan mungkin tinggal sebentar
lagi menjadi padam, maka sebaiknya Anda secepatnya melakukan introspeksi diri
dengan menggali esensi-esensi cinta yang pernah melanda Anda berdua di saat
masih pacaran. Ingatan-ingatan akan kenangan masa lalu yang indah akan membantu
Anda mengembalikan kobaran api cinta Anda menjadi besar kembali.
Tanggapan:
Seluk
beluk perkawinan dihiasi dengan suka dan duka yang dialami pasangan. Dalam
hubungan perkawinan diperlukan perasaan cinta yang tetap atau lebih dan adanya
komunikasi yang baik dalam menjaganya. Seiring berjalannya waktu perkawinan, berbagai
macam problema mulai muncul. Dari masalah-masalah yang ‘sepele’ sampai
ujian-ujian hidup yang lebih berat dan kompleks. Semua itu, jika tidak disikapi
dengan kepala dingin, akan menyebabkan konflik yang mengancam keselamatan
pernikahan itu sendiri. Salah satunya, tentang perbedaan karakter. Suami dan
istri adalah dua orang dengan isi kepala yang berbeda, latar belakangpun tak
sama. Jadi wajar, ketika hidup bersama, ada saja sesuatu yang bertolak
belakang. Lalu, bagaimana kita mempersiapkan diri melewati ‘kerikil-kerikil’
itu? Mendengar pengalaman orang lain, setidaknya bisa membantu kita untuk
menambah wawasan. Dan mencari pengetahuan lewat bacaan juga bisa menjadi
alternatif solusinya.
C. Penyesuaian dan Pertumbuhan Dalam
Perkawinan
Pola Penyesuaian Perkawinan Pasangan Suami
Istri pada Periode Awal
Antar
pasangan memang tidak sama persis dalam penyesuaian perkawinannya. Sebagai
gambarannya berikut pola penyesuaian yang bisa dilukiskan dari para pasangan
dalam studi ini. Masing-masing pasangan menunjukkan bagaimana beradaptasi
terhadap perbedaan yang terjadi yang melewati beberapa fase seperti berikut.
1. Fase bulan madu
2. Fase pengenalan kenyataan
3.
Fase Kritis
Perkawinan
4.
Fase menerima
kenyataan
5.
Fase
kebahagiaan sejati
Faktor-faktor
yang Mendukung Penyesuaian Perkawinan
Terdapat berbagai macam faktor yang mendukung
keberhasilan pasangan suami istri melakukan penyesuaian perkawinan. Dari sekian
banyak faktor pendukung itu, diantaranya adalah: 1) mereka menginginkan
kebahagiaan suami istri dalam perkawinan serta menjaga hubungan baik dalam
keluarga terutama anak-anak mereka; 2) kesediaan masing-masing pasangan untuk
saling memberi dan menerima cinta dengan memberikan perhatian-perhatian kecil,
berusaha meluangkan waktu untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga;
3) cara mengekspresikan afeksinya pada pasangan, entah itu mengungkapkan rasa
sayang secara verbal, mempunyai ‘panggilan khusus’ pada pasangan atau lewat
tindakan seperti membantu mengerjakan tugas rumah tangga.4) pasangan lebih
menanamkan rasa toleransi, kerukunan, menghormati, menghargai serta memahami
pada masing-masing pasangan.5) pasangan menerapkan sikap saling terbuka
diantara mereka mengenai hal sekecil apapun terutama menyangkut anak-anak.6)
selalu menanamkan rasa cinta.
Tanggapan :
Penyesuaian
selalu terjadi dalam kehidupan kita dan berlangsung sampai saat ini. Perubahan
akan selalu ada, kita perlu memikirkan bagaimana keikhlasan hati kita dalam
menerima (legowo) dalam menjalani
kehidupan yang tidak akan sempurna karena resiko selalu adda dalam keputusan
yang kita ambil.
D. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Perceraian Bukan Sebuah Hal yang Buruk
Perceraian adalah hal yang paling
dibenci oleh Tuhan, namun jika itu memberi manfaat yang lebih besar daripada
madharatnya, kenapa tidak? Banyak suami atau isteri yang terlalu dogmatis
terhadap agamanya, sehingga dia lebih baik tersiksa dalam perkawinan dari pada
harus mengambil jalan perceraian. Dalam ilmu psikologi modern banyak
dikemukakan bahwa ketika kita menghadapi sebuah dilemma, maka pertimbangan
moral yang lebih tinggi yang harus kita ambil dari 2 pilihan yang sangat berat.
Kegagalan pernikahan bukan aib
jika ternyata memberi kebahagiaan yang hakiki bagi anda. kegagagalan pernikahan
bukan hal yang tabu kalau seandainya anda akan terbebas dari siksaan lahir
maupun batin dari pasangan anda. Mempertahankan pernikahan bukan solusi yang
tepat kalau dalam pernikahan anda merasa tak diakui dan dihargai sebagai
manusia sejati.
Perceraian merupakan jalan
terakhir setelah anda merasa sulit mengatasi ego
pasangan anda dalam berbagai cara. Apa gunanya kehidupan rumah tangga
dilanjutkan kalau harus mengorbankan harga diri dan martabat diri yang sudah
diinjak-injak pasangan anda. setelah anda mempertimbangkan bahwa lebih banyak
kebaikan yang dapat anda peroleh dengan adanya perceraian, maka segera ajukan
gugatan cerai ke Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri yang terdekat.
Bersikaplah tegar ketika anda berada dalam sidang
perceraian. Mantapkan dalam hati bahwa kegagalan pernikahan
anda kali ini bukanlah akhir dari dunia. Kiamat tak akan menimpa anda meskipun
anda bercerai dengan pasangan yang pernah anda kasihi. Ungkapkan kepada hakim
dalam sidang perceraian bahwa anda dan pasangan anda sudah mustahil untuk
bersatu seperti air dengan minyak. Ajarkan kepada anak-anak bahwa kegagalan
pernikahan anda sebagai orang tuanya adalah suatu takdir Tuhan yang tak bisa
dipungkiri. Beri pengertian kepada mereka bahwa orang tua mereka telah
mengambil jalan hidup masing-masing yang dipilihkan oleh Tuhan.
http://seputarpernikahan.com/menjaga-pernikahan/perceraian-bukan-sebuah-hal-buruk/
Artikel
2
Apa
kata Alkitab mengenai perceraian dan pernikahan kembali?
Pertanyaan:
Apa kata Alkitab mengenai perceraian dan pernikahan kembali?
Jawaban: Pertama-tama, apapun pandangan mengenai perceraian, adalah penting untuk mengingat kata-kata Alkitab dalam Maleakhi 2:16a: “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel.” Menurut Alkitab, kehendak Allah adalah pernikahan sebagai komimen seumur hidup. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Matius 19:6). Meskipun demikian, Allah menyadari bahwa karena pernikahan melibatkan dua manusia yang berdosa, perceraian akan terjadi. Dalam Perjanjian Lama Tuhan menetapkan beberapa hukum untuk melindungi hak-hak dari orang yang bercerai, khususnya wanita (Ulangan 24:1-4). Yesus menunjukkan bahwa hukum-hukum ini diberikan karena ketegaran hati manusia, bukan karena rencana Tuhan (Matius 19:8). Kontroversi mengenai apakah perceraian dan pernikahan kembali diizinkan oleh Alkitab berkisar pada kata-kata Yesus dalam Matius 5:32 dan 19:9. Frasa “kecuali karena zinah” adalah satu-satunya alasan dalam Alkitab di mana Tuhan memberikan izin untuk perceraian dan pernikahan kembali. Banyak penafsir Alkitab yang memahami “klausa pengecualian” ini sebagai merujuk pada “perzinahan” yang terjadi pada masa “pertunangan.” Dalam tradisi Yahudi, laki-laki dan perempuan dianggap sudah menikah walaupun mereka masih “bertunangan.” Percabulan dalam masa “pertunangan” ini dapat merupakan satu-satunya alasan untuk bercerai. Namun demikian, kata Bahasa Yunani yang diterjemahkan “perzinahan” bisa berarti bermacam bentuk percabulan. Kata ini bisa berarti perzinahan, pelacuran dan penyelewengan seks, dll. Yesus mungkin mengatakan bahwa perceraian diperbolehkan kalau terjadi perzinahan. Hubungan seksual adalah merupakan bagian integral dari ikatan penikahan, “keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24; Matius 19:5; Efesus 5:31). Oleh sebab itu, memutuskan ikatan itu melalui hubungan seks di luar pernikahan dapat menjadi alasan untuk bercerai. Jika demikian, dalam ayat ini, Yesus juga memikirkan tentang pernikahan kembali. Frasa “kawin dengan perempuan lain” (Matius 19:9) mengindikasikan bahwa perceraian dan pernikahan kembali diizinkan dalam kerangka klausa pengecualian, bagaimanapun itu ditafsirkan. Penting untuk diperhatikan bahwa hanya pasangan yang tidak bersalah yang diizinkan untuk menikah kembali. Meskipun tidak disebutkan dalam ayat tsb, izin untuk menikah kembali setelah perceraian adalah kemurahan Tuhan kepada pasangan yang tidak bersalah, bukan kepada pasangan yang berbuat zinah. Mungkin saja ada contoh-contoh di mana “pihak yang bersalah” diizinkan untuk menikah kembali, namun konsep tsb tidak ditemukan dalam ayat ini. Sebagian orang memahami 1 Korintus 7:15 sebagai “pengecualian” lainnya, di mana pernikahan kembali diizinkan jikalau pasangan yang belum percaya menceraikan pasangan yang percaya. Namun demikian, konteks ayat ini tidak menyinggung soal pernikahan kembali dan hanya mengatakan bahwa orang percaya tidak terikat dalam pernikahan kalau pasangan yang belum percaya mau bercerai. Orang-orang lainnya mengklaim bahwa perlakuan sewenang-wenang (terhadap pasangan yang satu atau terhadap anak) adalah alasan yang sah untuk bercerai sekalipun Alkitab tidak mencantumkan hal itu. Walaupun ini mungkin saja, namun tidaklah pantas untuk menebak Firman Tuhan. Kadang-kadang hal yang dilupakan dalam perdebatan mengenai klausa pengecualian adalah kenyataan bahwa apapun jenis penyelewengan dalam pernikahan, itu hanyalah merupakan izin untuk bercerai dan bukan keharusan untuk bercerai. Bahkan ketika terjadi perzinahan, dengan anugrah Tuhan, pasangan yang satu dapat mengampuni dan membangun kembali pernikahan mereka. Tuhan telah terlebih dahulu mengampuni banyak dosa-dosa kita. Kita tentu dapat mengikuti teladanNya dan mengampuni dosa perzinahan (Efesus 4:32). Namun, dalam banyak kasus, pasangan yang bersalah tidak bertobat dan terus hidup dalam percabulan. Di sinilah kemungkinanan Matius 19:9 dapat diterapkan. Demikian pula banyak yang terlalu cepat menikah kembali setelah bercerai padahal Tuhan mungkin menghendaki mereka untuk tetap melajang. Kadang-kadang Tuhan memanggil orang untuk melajang supaya perhatian mereka tidak terbagi-bagi (1 Korintus 7:32-35). Menikah kembali setelah bercerai mungkin merupakan pilihan dalam keadaan-keadaan tertentu, namun tidak selalu merupakan satu-satunya pilihan. Adalah menyedihkan bahwa tingkat perceraian di kalangan orang-orang yang mengaku Kristen hampir sama tingginya dengan orang-orang yang tidak percaya. Alkitab sangat jelas bahwa Allah membenci perceraian (Maleakhi 2:16) dan bahwa pengampunan dan rekonsiliasi seharusnya menjadi tanda-tanda kehidupan orang percaya (Lukas 11:4; Efesus 4:32). Tuhan mengetahui bahwa perceraian dapat terjadi, bahkan di antara anak-anakNya. Orang percaya yang bercerai dan/atau menikah kembali jangan merasa kurang dikasihi oleh Tuhan bahkan sekalipun perceraian dan pernikahan kembali tidak tercakup dalam kemungkinan klausa pengecualian dari Matius 19:9. Tuhan sering kali menggunakan bahwa ketidaktaatan orang-orang Kristen untuk mencapai hal-hal yang baik. |
Tanggapan:
Saya tahu dalam tugas ini
seharusnya memberikan 1 artikel tetapi saya menghadirkan 2 artikel karena
adanya perbedan. Prinsip
iman Kristen tentang pernikahan–monogami (satu pasangan), fidelitas (kesetiaan)
dan indisolubilitas (tak terceraikan)–memperkuat idealisme semacam ini.
Berhadapan dengan benturan antara idealisme dan realisme pernikahan kristiani
ini, kita perlu memberikan sebuah sikap yang sekaligus teologis dan etis.
Keduanya perlu diperdampingkan bersama-sama sebab, jika tidak, pemisahan
keduanya hanya akan memunculkan sikap yang tak berimbang dan mandul dalam
menyikapi persoalan perceraian. Pendekatan yang melulu teologis, tanpa
perimbangan etis, hanya akan menghasilkan sikap-sikap ideologis, yang tampaknya
kokoh dan tegas, namun sebenarnya jauh dari empati atas persoalan-persoalan
hidup manusia. Sebaliknya, pendekatan yang mengaku diri etis, tanpa pemerkayaan
teologis juga berbahaya, karena ia mudah sekali tampil terlalu situasional,
tanpa prinsip dan kedalaman. Keseimbangan perspektif teologis dan etis di atas
pada akhirnya memampukan gereja untuk mengambil sikap pastoral terhadap anggota
jemaat yang harus menghadapi perceraian dan ingin memasuki pernikahan kembali.
Akhirnya, sikap terhadap masalah perceraian dan pernikahan kembali perlu diteropong dari empat sumber iman dan teologi Kristen yang sejak awal sudah selalu mengasuh gereja: Alkitab, tradisi, pengalaman dan akal-budi. Keempatnya sering disebut segiempat teologis (theological quadrilateral). Mencari tahu apa kata Alkitab memang penting, bahkan sangat penting, namun tanpa diterangi oleh pengalaman masa kini, tradisi iman gereja serta akal-budi yang jernih, maka kita bisa terjebak ke dalam biblisisme ideologis.
Pada
akhirnya menurut saya ikuti suara kata hati dan yakinlah ajaran Tuhan selalu
baik adanya untuk kita.
E. Single Life
(Iman W Sujianto – Inspirator
Morning Spirit)
Menarik sekali ketika membahas
tentang sebaiknya menikah atau tetap lajang.
Jika hal ini dtanyakan kepada para lajang atau yang sudah menikah tentu
jawabannya akan berbeda-beda. Yuk, kita lihat beberapa alasan mereka.
Mengapa sebagian wanita memilih untuk tetap melajang?
Dalam bahasa Indonesia. lajang
adalah seseorang yang memiliki status perkawinan belum pernah menikah. Lajang
tidak mengenal gender sehingga secara umum kata "masih lajang" dapat
juga digunakan sebagai pengganti kata "masih jejaka (bujang)" ataupun
"masih gadis (perawan)". Lawan kata lajang adalah telah menikah atau
telah berumah tangga. Nah,
khusus bagi kaum hawa tentu punya beberapa alasan mengapa mereka memilih tetap melajang Beberapa alasan
itu adalah :
Ingin membangun karir. Di China berdasar hasil survey, 82 % wanita memilih tidak
menikah. Begitu pula di Jepang 90 % wanitanya memilih tidak menikah. Alasannya
karena ingin fokus membangun karir yang
sukses.
Ingin mandiri.
Ini adalah hal lain mengapa wanita tidak menikah. Jika ditanya, kecenderungan
jawaban adalah lebih senang membuat keputusan ataupun menghasilkan uang
sendiri, Tidak ingin tergantung dengan siapapun. Bebas melakukan apapun untuk
menghabiskan hidupnya. Dia tidak harus merasa bersalah ketika dia menghabiskan
uangnya untuk membeli tas ataupun baju dengan pasangannya.
Pendidikan.
Wanita berpendidikan tinggi cenderung ingin berkarir hingga mentok sesuai
dengan kemampuan. Mereka tidak ingin dibebani
tugas rutin seperti mengurus anak dan suami. Selain akhirnya mereka juga
menjadi ‘terjebak’ karena sulitnya memilih calon suami yang sepadan dengan
mereka.
Hati-hati.
Sebagian wanita mengalami phobia takut menikah karena mereka melihat
rekan-rekan disekelilingnya bercerai atau mendengar cerita pernikahan
mengerikan dari orang lain. Akibatnya sebagian mereka menjadi kurang
bersemangat dalam memandang sebuah perkawinan, sehingga cenderung sangat
hati-hati untuk mengenal pasangan yang cocok dengannya.
Mengapa sebagian wanita yang lain memilih menikah?
Berbeda dengan mereka yang
memutuskan melajang. Para wanita yang berani menikah juga mempunyai alasan
kenapa mereka memilih menikah. Alasannya adalah:
Cinta.
Karena cintanya dengan pasangan maka mereka mau untuk menikah. Mereka ingin
menghabiskan sisa waktu dengan orang yang paling dicintainya.
Tidak mau dianggap perawan tua. Beberapa wanita merasa bahwa status itu
sangat mengganggu dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu mereka menikah dengan
pria yang cocok dan mereka cintai menjadi suami mereka dan mereka dapat
terbebas dari tekanan sosial masyarakat.
Ingin punya anak dan keluarga. Mereka mengharapkan sebuah keluarga dan
kehidupan yang berbahagia dengan mempunyai anak dan mendidik mereka hingga
besar.
Menghindari seks bebas. Pergaulan sosial yang sudah sangat bebas saat ini membuat sebagian
wanita merasa takut dirugikan ketika mereka membangun hubungan (pacaran) dengan
lawan jenis, sehingga mereka segera menuntut ketika sudah cukup berpacaran
untuk segera mengarah kepada jenjang pernikahan.
Percaya bahwa menikah tambah banyak rejeki yang mengalir
Saat ini memang semakin banyak
wanita yang mandiri. Mereka mampu mencari uang sendiri. Namun mereka pun ingin
mempunyai perasaan yang lebih nyaman secara financial. Dan salah satunya adalah
dengan menikah. Mereka percaya bahwa rejeki akan mengalir lebih banyak kepada
orang yang menikah dan mempunyai anak.
Nah, para wanita Indonesia, apa
pilihan Ladies saat ini, segera menikah atau tetap melajang ????
http://www.emveemag.com/article/90
Tanggapan :
Menurut saya banyak alasan
seseorang untuk melajang. Kehidupan di perkotaan yang menuntut prestasi kerja
lebih juga merupakan salah satunya. Adanya fobia atau trauma dan pengalaman
orang disekitarnya tentang pandangan negatif pernikahan yang membuat takut.
Kesibukan meniti karir (atau bisa disebut workaholic) yang membuat para single life memilih
memfokuskan diri pada karir mereka. Mungkin juga belum bisa mencocokan dan
menyatukan kehidupan keluarga pasangan masing-masing karena menikah bukan hanya
menyatukan dua insan saja tetai menyatukan dua keluarga. Dan single life bukan
lagi karena nasib menjomblo atau
perjaka atau perawan tua tetapi meruakan pilihan.
Sekedar tambahan dulu saya
mempunyai pengajar yang belum menikah. Ibu saya mengatakan “wah perawan tua”.
Saya pun sedikit kesal karena kita tidak bisa mengetahui alasan mereka dan
tidak bisa men-judge seseorang hanya
dari pandangan kita saja. Salah satu
alasan pengajar saya karena dedikasinya untuk pekerjaan dan alasan lain.