A)
Pengertian dan Konsep Penyesuaian Diri
Dalam istilah
psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah biologi) disebut dengan istilah adjusment. Adjusment itu sendiri merupakan suatu proses untuk
mencari titik temu atara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff
dalam Hermawan, 2010). Manusia dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara
alamiah juga mendorong manusia terus menerus untuk menyesuaikan diri. Sering
kali penyesuaian diri dimengerti sebagai misalnya, kemampuan individu untuk
menyamakan diri dengan harapan kelompok. Individu yang sehat mestinya dapat
memahami dan melakukan tindakan sesuai dengan harapan sesuai dengan kelompok
dimana individu tersebut menjadi anggotanya.
Penyesuaian
diri juga bisa dipahami sebagai mengatur kembali ritme hidup atau jadwal
harian. Orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah orang yang dengan
cepat mampu mengelola dirinya meghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.
Misalnya, dia bisa belajar lebih giat, menyediakan waktu lebih banyak untuk
brlajar daripada kegiatan lain karena menjelang ujian. Atau dia bisa mematuhi
nasehat dokter untuk mengatur pola dan jenis makanannya karena menderita
diabetes.
Sebenarnya
dalam bahasa Inggris, istilah penyesuaian diri memiliki dua kata yang berbeda
maknanya, yaitu adaptasi (adaptation)
dan penyesuaian (adjusment). Kedua
istilah tersebut sama-sama mengacu pada pengertian mengenai penyesuaian diri,
tetapi memiliki perbedaan makna yang mendasar.
Adaptasi
(adaptation) memiliki pengertian
individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Pengertian lebih
menekankan pada perubahan yang individu lakukan terhadap dirinya supaya tetap
bisa sesuai dengan lingkungan. Jadi pada adaptasi, diri individulah yang
berubah untuk melakukan penyesuaian. Contoh sederhana dari adaptasi ini
misalnya bila menghadapi suhu yang panas, lalu individu membuka pakaiannya,
atau minum air dingin supaya tetap merasa nyaman.
Penyesuaian
(adjustment) dipahami sebagai
mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu. Pengertian
ini lenih menekankan pada perubahan lingkungan yang dilakukan oleh individu
sehingga tetap sesuai dengan dirinya. Misalnya, pada suhu yang panas, individu
lalu memasang fan atau menyalakan air conditioner supaya suhu ruangan berubah
seperti yang diinginkan. Pada contoh ini, individu tidak berubah tetapi
lingkunganlah yang berubah.
Penyesuaian
diri yang dimaksud dalam pembahasan ini meliputi penyesuaian diri baik dalam
pengertian adaptation maupun adjusment. Individu yang mampu
menyesuaikan diri dengan baik, idealnya mampu menggunakan kedua mekanisme
penyesuaian diri tersebut secara luwes, tergantung pada situasinya. Sebaliknya,
individu dianggap kaku bil kurang mampu menggunakankedua mekaisme tersebut
dengan baik atau hanya salah satu cara saja yang dominan digunakan.
B)
Pertumbuhan Personal
1.
Penekanan
Pertumbuhan Diri
Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau
dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat
kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan
panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen dalam tubuh).
Kata
personal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bersifat pribadi
atau perseorangan. Suatu individu yang memiliki kepribadian.
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Prof. Gessel
mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.
Manusia adalah makhluk hidu yang terus
mengalami pertumbuhan. Ada pertumbuhan fisik ada pula pertumbuhan kepribadian secara
psikis yang diihat dari sosialnya.
Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa
terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus
kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan
mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson,
krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan
kerentanan dan peningkatan potensi.
Semakin berhasil individu mengatasi krisis,
akan semakin sehat perkembangan mereka. Berikut adalah beberapa tahap krisis
perkembangan menurut Erik Erikson dalam buku Life Span Development oleh John W.
Santrok pada tahun 2002:
Kepercayaan dan
ketidakpercayaan (trust
versus mistrust)
Adalah suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan.
Adalah suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan.
Otonomi dengan rasa malu dan
keragu-raguan (autonomy versus shame
and doubt)
Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada
masa bayi dan baru mulai berjalan (1-3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya
kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas
kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi
mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa
malu dan keragu-raguan.
Prakarsa dan rasa bersalah (initiative versus guilt)
Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas.
Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas.
Tekun dan rendah diri (industry
versus inferiority)
Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.
Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.
Identitas
dan kebingungan identitas (identity versus identity confusion)
Adalah tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.
Adalah tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.
Keintiman
dan keterkucilan (intimacy versus isolation)
Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
Bangkit
dan berhenti (generality versus stagnation)
Tahap ketujuh perkembangan yang dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah stagnation
Tahap ketujuh perkembangan yang dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah stagnation
Integritas
dan kekecewaan (integrity versus despair)
Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.
Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.
Pertumbuhan
kepribadian ditingkatkan oleh banyaknya minat terhadap pekerjaan dan
kegemaran. Sulit menyesuaikan diri dengan baik terhadap tuntutan-tuntutan
pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan, dan segera pekerjaan itu menjadi
hal yang tidak menyenangkan atau menjijikkan. Tetapi, kita memiliki cara
tertentu untuk mengubah dan mengganti pekerjaan yang merangsang minat kita
sehingga kita dapat memperoleh kepuasan terus-menerus dalam pekerjaan.
2.
Variasi Dalam Pertumbuhan
Pertumbuhan
memang sangat beragam dan berbeda pada tiap individu. Tidak semua individu
berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan
fisik, maupun sosialnya. Hal ini dikarenakan terkadang terdapat
rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan
penyesuaian, baik rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.
3.
Kondisi-kondisi untuk Bertumbuh.
Kondisi
jasmani seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan
erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi
pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat
menyesuaikan diri nya.
Carl Roger
menyebutkan 3 (tiga) aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu
hubungan ;
1.
Keikhlasan
kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2.
Menghormati
keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
3.
Keinginan yang
terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
personal :
1.
Faktor Biologis
Karakteristik
anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis
yang sangat kental.
2.
Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dan nantinya akan
menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3.
Faktor Budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga
berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap
orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
http://www.psikologizone.com/teori-erikson/06511804
http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/08410141-divie-oktaviana.ps
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25287/4/Chapter%20II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar