Sabtu, 29 Juni 2013

Rangkuman Kesehatan Mental



Konsep Sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola fikir pembangunan kesehatan yang bersifat balistik, proaktif, antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Kesehatan adalah kondisi dinamik keadaan kesempurnaan jasmani, mental dan sosial dan bukan semata-mata bebas dari rasa sakit cedera, dan kelemahan saja, yang memungkinkan setiap orang mampu mencapai derajat kesehatan yang optimal secara sosial dan ekonomi (UU RI,1992)
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Sebenarnya gangguan mental sudah terjadi sejak awal peradaban manusia. Walaupun telah banyak usaha untuk menangani masalah kesehatan mental namun belum ada yg menunjukkan keberhasilan. Pada akhir abad pertengahan, banyak rumah sakit didirikan untuk menanggulangi para penderita penyakit jiwa. Sampai adanya pemikiran maju dan perkembangan ilmu pengetahuan yaitu dari Philipe Pinel . Pada tahun 1792 ada kabar menggembirakan ketikan Philipe Pinel ditempatkan pada sebuah rumah sakit jiwa di Paris, ia melakukan eksperimen dengan melepas rantai pengikat pasien, memberikan tempat yang lebih bersih dan bercahaya serta memperlakukan mereka dengan baik.
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh dua tokoh perintisnya, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua tokoh ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1887. Usahanya mula-mula diarahkan pada para pasien di rumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung di penjara.
Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, Ia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”.
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Pendekatan Kesehatan Mental
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental.
Orientasi Penyesuaian Diri
Peningkatan derajat kesehatan mental setara dengan peningkatan kemampuan penyesuaian diri yang aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri. Kemampuan penyesuaian diri idealnya dilatih dan dibina sejak kecil.
Orientasi Pengembangan Potensi
Mewujudnyatakan potensi seperti bakat, kreativitas, minat dan lain-lain dalam diri individu. Pelepasan sumber-sumber yg tersembunyi dari bakat, kreativitas, Energi dan dorongan (Schultz, 991). Sumber 1

Teori Kepribadian Sehat Menurut Aliran Psikoanalisa, Aliran Behavioristik, dan Aliran Humanistik
1.         Aliran Psikoanalisa

Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikoanalisis. Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal atau menyimpang.Bagi Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar.  
Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut.
Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul kesadaran dengan cepat atau agak sukar (Freud, 1993/1964). Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar (conscious perception). Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain.
Alam Sadar
Alam sadar (conscious), yang memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih.

2.         Aliran Behavioristik

Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme — termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan— dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran.Teori-teori behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku.
Tokoh-tokoh terkenal tentang masalah ini diantaranya adalah:
1.  Ivan Pavlov
2.  Edward Lee Thorndike
3.  John B. Watson
4.  B.F. Skinner

3.         Aliran Humanistik

Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai Bapak dari psikologi humanistik. Psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang.Psikologi Humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.

Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang dituangkan dalam bukunya “Motivation and Personality”. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan yang berhirarki, meliputi:

1)    Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)

2)    Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs / the security needs)

3)    Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)

4)    Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem needs)

5)    Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs). Sumber 2

Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal

Penyesuaian Diri      
Penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Dengan demikian penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dari seberapa baik individu dalam menghadapi dan mengatasi kondisi yang senantiasa berubah.
Shoben (dalam Korchin, 1976) menyebutkan istilah penyesuaian integrative (integrative adjustment), yang ditanda oleh pengendalian diri, tanggungjawab pribadi dan sosial, minat sosial yang demokratik, dan ide-ide ideal.
Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda dsetiap kelompok umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Sumber 3

Sumber 1
Riyanti, B. P. Dwi. 1998. Psikologi Umum 2 Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Gunadarma.
Jurnal “Paradigma Sehat” oleh Febri Endra
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan
http://blog.uad.ac.id/nurfitria/files/2011/07/kuliah-3-pendekatan-dalam-kesehatan-mental1.pptx
http://staff.ui.ac.id/internal/0800300001/material/KesehatanMental.doc

Sumber 2
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta : Salemba Humanika.
Basuki,Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme

Sumber 3
http://eprints.uny.ac.id/4226/2/deteksi_dini_gangguan_tumbang.pdf
http://www.psychologymania.com/search?q=pertumbuhan&submit=search

Teori kepribadian sehat menurut:
A.     Allport : Ciri-ciri Kepribadian yang Matang
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1.  Perluasan Perasaan Diri
Ketika dia berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorag di luar diri seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pasrtisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana. Yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan anda, karena dengan mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa enak. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran dan keanggotaan kita dalam politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas yang penuh arti ini dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan perasaan diri.

2.  Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang lain.
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain : kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan- penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui "perluasan imajinatif" dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar tehadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama.

3.  Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tersebut.
Orang-orang yang sehat mampu berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki diri mereka. Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia dan bukan tawanan dari emosi-emosi itu.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan terhadap hambatan dari kemauan-kemauan dan keinginan. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran ini.

4.  Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

5.  Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan dan menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.

6.  Pemahaman Diri
Usaha untuk mengetahui diri secara objektif disebut pemahaman diri (self-objectification) yang berguna dalam setiap usia.
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan / perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang-orang lain.

7.  Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness), dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang sehat. bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan.
Mungkin kerangka untuk tujuan-tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Suara hati ikut juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau nilai-nilai etis.

B. Rogers : Perkembangan Kepribadian
1.  Motivasi Orang yang Sehat : Aktualisasi.
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”).
Saat bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan mereka untuk aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Kecenderungan aktualisasi merujuk pada pengalaman organisme dari individu; sehingga hal tersebut merujuk pada manusia secara keseluruhan – kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan kognitif. Rogers (1959) mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri (self-concept) dan diri ideal (ideal self).

2.  Konsep Diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari (walaupun selalu tidak akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik.

3.  Diri Ideal
Subsistem kedua dari diri adalah diri ideal, yang didefinisikan sebagai pandangann seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yag tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis, melihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan ap yang mereka inginkan secara ideal.

C. Maslow : Hirarki Kebutuhan Individu
Kita dapat berpikir tentang tingkat kebutuhan-kebutuhan diri Maslow seperti suatu tangga; kita harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama sebelum anak tangga kedua, dan pada anak tangga kedua sebelum anak tangga ketiga dan seterusnya,  kebutuhan yang paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya naik tingkat sampai muncul kebutuhan kelima dan yang paling tinggi – aktualisasi-diri.
Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisasi-diri memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat lebih rendah: (1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta, (4) kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan ini harus sekurang-kurangnya sebagiannya dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi-diri.
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusian. Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
a)  Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b)  Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan pandangan tentang manusia yang mekanistis dan reduksionis.
c)  Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
d)  Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy (Walgito, B 2002 : 80).

D. Erich Fromm : Ciri-ciri Kepribadian yang Sehat
Salah satu ciri pribadi yang sehat menurut Fromm, yaitu adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Ada lima watak sosial dalam masyarakat, yaitu :
1.        Penerimaan ( receptive )
2.       Penimbunan ( hoarding )
3.        Penjualan/pemasaran ( marketing )
4.         Penghisapan/pemerasan ( exploitative )
5.        Produktif ( productive )
Dari kelima watak sosial ini yang benar – benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu :
1.       Cinta persaudaraan
2.       Cinta keibuan
3.       Cinta erotik
4.       Cinta diri
5.       Cinta illahi
Menurut Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup hidup di masyarakat sosial yang ditandai dengan hubungan – hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan saling tidak merusak atau menyingkirkan. Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1)  Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat
2)   Mampu mencintai dan dicintai
3)  Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan tsb
4)  Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat
5)  Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
6)  Memiliki watak sosial yang produktif

Sumber :
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kapribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta : Kanisius
Riyanto, Theo. 2006. Jadikan Dirimu Bahagia. Yogyakarta : Kanisius
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2011. Teori Kepribadian Buku 2 Ed. 7 (2nd book
Theories of Personality 7th). Jakarta : Salemba Humanika.
Basuki,Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Pengertian Stress
Apakah arti stres itu? Apakah stres selalu bermakna negatif? Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Stres merupakan:
·      Respons terhadap kondisi lingkungan yang tak diinginkan, dan bagaimana tubuh bereaksi pada tuntutan yang dihadapi”.
·      Jika tuntutan berlebihan diberikan pada seseorang, hal tersebut dapat melampaui kemampuan orang tersebut untuk mengatasinya.
·      Respons non-specific tubuh pada tuntutan yang diterima, baik yang menyenangkan atau tidak.

·      Tekanan yang tak teratasi, regangan atau kekuatan yang bekerja pada sistem fisik atau mental seseorang yang tidak berlanjut dapat menyebabkan kerusakan.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
Stres yang optimal akan membuat motivasi menjadi tinggi, orang menjadi lebih bergairah, daya tangkap dan persepsi menjadi tajam, menjadi tenang, dan lain-lain. Adapun stres yang terlalu rendah akan mengakibatkan kebosanan, motivasi menjadi turun, sering bolos, dan mengalami kelesuan. Sebaliknya stres yang terlalu tinggi mengakibatkan insomnia, lekas marah, meningkatnya kesalahan, kebimbangan, dan lain-lain.
Stres juga harus dibedakan dengan stresor. Stresor adalah sesuatu yang menyebakan stres. Stres itu sendiri adalah akibat dari interaksi (timbal-balik) antara rangsangan lingkungan dan respons individu.
Arti penting stress
  Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stres
Terjadinya stres tergantung pada stresor dan tanggapan seseorang terhadap stresor tersebut. Stresor meliputi berbagai hal. Lingkungan fisik bisa menjadi sumber stresor, seperti suhu yang terlalu panas atau dingin, perubahan cuaca, cahaya yang terlalu terang/gelap, suara yang terlalu bising dan polusi merupakan sumber-sumber potensial yang bisa menjadi stresor. Kepadatan juga bisa mengakibatkan stres.
Stresor bisa berasal dari individu sendiri. Konflik yang berhubungan dengan peran dan tuntutan tanggung jawab yang dirasakan berat bisa membuat seseorang menjadi tegang.
Stresor yang lain berasal dari kelompok seperti: hubungan dengan teman, hubungan  dengan atasan dan hubungan dengan bawahan.
Terakhir, stresor bisa bersumber dari ke organisasian seperti kebijakan yang diambil perusahaan, struktur organisasi yang tidak sesuai dan partsipasi para anggota yang rendah.

  Efek-efek stres menurut Hans Selye > General Adaptation Stress
Menurut seorang pelopor penelitian mengenai stre yang dilahirkan di Austria bernama Hans Selye (1974,1983), stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS) adalah konsep yag dikemukakan oleh Selye yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada tuntutan yang ditempatkan pada tubuh tersebut. GAS terdiri dari tiga tahap : peringatan, perlawanan, dan kelelahan dan Local Adaptation Syndrome (LAS).
General Adaptation Syndrome (GAS)
1.     Tahap peringkatan (alarm), individu memasuki kondisi shock yang bersifat sementara, suatu masa dimana pertahanan terhadap stres ada di bawah normal. Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya. Otot menjadi lemah, suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga turun. Kemudian terjadi apa yang disebut dengan countershock, dimana pertahanan terhadap stres mulai muncul; korteks adrenal mulai membesar, dan pengeluaran hormone meningkat. Dan tahap alarm berlangsung dengan singkat.
2.    Tahap perlawanana (resistance)
Dimana pertahanan stres menjadi semakin intensif, dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada tahap pertahanan, tubuh individu dipenuhi oleh hormone stres; tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh dan pernafasan semua meningkat. Bila semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap ada, individu akan memasuki tahap kelelahan.
3.    Tahap kelelahan (exhausted)
Dimana kerusakan pada tubuh semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan di tahap kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakit akan meningkat.
Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
a)    respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
b)   respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
c)    respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
d)   respon bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
a. Respon inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
Ø Fase pertama :
Adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
Ø Fase kedua :
Pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.

Ø Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
Tipe-tipe Stres.
1.    Tekanan
Tekanan itu muncul tidak hanya dalam diri sendiri , bisa jadi dari luar diri, karena biasanya apa yang kita sukai bertentangan dengan apa yang menjadi pandangan orang tua dan ini bisa menjadi salah satu tekanan psikologis terhadap anak yang akan berdampak stress.
2.    Frustasi
Suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya seseorang dalam mencapai apa yang di inginkannya . 
3.    Konflik
Konflik terjadi apabila ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi karena memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan.
4.    Kecemasan
Kecemasan itu suatu respon atau sinyal menyadarkan seseorang tentang perasaan khawatit, gelisah , dan takut yang sedang ia rasakan. Ini timbul dari emosi seseorang karena merasa tidak nyaman, tidak aman atau merasakan ancaman dan sering kali terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas ini karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan atau bisa juga sebagai hasil rekaan.

Syptom reducing responses terhadap stress
  Respon terhadap stress
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu:

Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.

Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
  Defence mechanism Diri
1.    Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
2.    Kompensasi 
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain.
3.    Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
4.    Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
5.    Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi.
6.    Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7.    Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.

8.    Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan.
9.    Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.
10.  Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
11.  Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya.
12.  Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan.
13.  Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
14.  Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka).
  Pendekatan problem solving terhadap stress
Strategi koping yang spontan mengatasi stress
Proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat .
Strategi coping yang spontan mengatasi stres ada dua yaitu :
1.  Strategi Terfokus Masalah yang disebut juga Problem focus coping, yaitu upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya. Strategi yang ditempuh untuk memecahkan masalah antara lain menentukan masalahnya, mencari pemecahan alternative, menimbang-nimbang alternative tersebut, dan memilih salah satunya dan mengimplementasikannya.
2.  Strategi Terfokus Emosi yang disebut juga Emotion focus coping, yaitu upaya untuk memecahkan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Terdapat banyak cara untuk mengatasi emosi negative.
Sumber :
Santrock. W John. 2003.Adolescence perkembangan remaja.Jakarta : Erlangga
Basuki Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta : Universitas Gunadarma.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002. 
Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika

Koping (Coping) Stress
  Pengertian dan jenis-jenis koping
Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental. Koping berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan/ penanggulangan (to cope with = mengatasi,menanggulangi). Namun karena istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam Psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka penggunaan istilah tersebut dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa coping (koping) tidak sesederhana makna harafiah nya saja. Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving).
Pengertian koping memang dekat dengan kedua istilah diatas, namun sebennarnya agak berbeda. Pemahaman adjustment biasanya merujuk pada penyesuaian diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah lebih mengarah pada proses kognitif dan persoalan yang juga bersifat kognitif.
Koping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/ancaman. Jadi, koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres/tekanan.
Kaitan koping dengan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) ada ahli yang melihat defence mechanism sebagai salah satu jenis koping (Lazarus,1976). Ahli lain melihat antara koping da mekaisme pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda (Harber & Runyon, 1984)
Lazarus membagi koping menjadi 2 jenis, yaitu :
1.    Tindakan Langsung (Direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dihadapi.

Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung:

a.    Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka.
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya lebih baik dibanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit tertentu.

b.    Agresi.
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa/menilai dirinya lebih kuat/berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh. Tindakan tersebut tergolong ke dalam agresi, dan tindakan tersebut bisa dilakukan karena pemerintah memiliki kekuasaan yang lebih besar dibanding dengan penduduk setempat yang digusur.

c.    Penghindaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadib bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik seperti Aceh.

d.   Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa.  Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu aja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei. Orang-orang China yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka.

  Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat)
Harber & Runyon (1984) menyebutkan jenis jenis koping yang dianggap konstruktif, yaitu:
1.    Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salahb satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilih alternatif yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang diperoleh paling besar.

2.    Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara kompone-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku.

3.    Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi.

4.    Humor
Yaitu kemampuan utnuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.

5.    Supresi
Yaitu kemampuan untuk menakan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yag lebih konstruktif.

6.    Toleransi kedwiartian atau ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidakjelasan tersebut.

7.    Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pendangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.
APA (1994) yang menerbitkan DSM-IV juga menyebutkan sejumlah koping yang sehat yang merupakan bentuk penyesuaian diri yang paling tinggi dan oaling baik (high adaptivr level) dibandingkan dengan jenis bkoping lainnya. Selain supresi, sublimasi, dan humor seperti yang telah disebutkan dimuka, jenis koping yang sehat lainnya adalah:

1)      Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
2)      Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.
3)    Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.
4)    Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
5)    Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

2. Peredaan atau peringanan (Palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/menghilangkan/ menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan/fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah.Ada 2 macam koping jenis peredaran/palliation :
a. Diarahkan Pada Gejala (Sympton Directed Modes)
Macam koping ini digunakan bila gangguan gejala-gejala gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut.
b. Cara Intrapsikis (Intrapsychic Modes)
Koping jenis peredaran dengan cara intrapsikis adalah dengan cara-cara yang menggunakan perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah Defense mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Sumber:
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002

Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan

A)        Pengertian dan Konsep Penyesuaian Diri

Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah biologi)  disebut dengan istilah adjusment. Adjusment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu atara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff dalam Hermawan, 2010).
Sebenarnya dalam bahasa Inggris, istilah penyesuaian diri memiliki dua kata yang berbeda maknanya, yaitu adaptasi (adaptation) dan penyesuaian (adjusment). Kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada pengertian mengenai penyesuaian diri, tetapi memiliki perbedaan makna yang mendasar.
Adaptasi (adaptation) memiliki pengertian individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Penyesuaian (adjustment) dipahami sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu.

B)       Pertumbuhan Personal

1.         Penekanan Pertumbuhan Diri
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Prof. Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.
Manusia adalah makhluk hidup yang terus mengalami pertumbuhan. Ada pertumbuhan fisik ada pula pertumbuhan kepribadian secara psikis yang diihat dari sosialnya.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.
Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Kedelapan tahap itu yaitu:
1.         Kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust versus mistrust)
2.         Otonomi dengan rasa malu dan keragu-raguan (autonomy versus shame and doubt)
3.         Prakarsa dan rasa bersalah (initiative versus guilt)
4.         Tekun dan rendah diri (industry versus inferiority)
5.         Identitas dan kebingungan identitas (identity versus identity confusion)
6.         Keintiman dan keterkucilan (intimacy versus isolation)
7.         Bangkit dan berhenti (generality versus stagnation)
8.         Integritas dan kekecewaan (integrity versus despair)

2.         Variasi Dalam Pertumbuhan
Pertumbuhan memang sangat beragam dan berbeda pada tiap individu. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosialnya. Hal ini dikarenakan terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidakberhasilan.
3.         Kondisi-kondisi  untuk Bertumbuh.
          Kondisi jasmani  seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya. 
          Carl Roger menyebutkan 3 (tiga) aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan ;
1.    Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2.    Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan  
3.    Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain. 
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
1.     Faktor Biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
2.     Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3.    Faktor Budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga. Sumber 4
Hubungan Interpersonal

Pengertian Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Di dalam hubungan interpersonal tedapat juga komunikasi interpersonal yaitu Komunikasi interpersonal menurut Mulyana (2001) komunikasiinterpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.
Menurut Rogers mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.
A.        Model-model Hubungan Interpersonal

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal, yaitu:
1.      Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.
2.      Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
3.      Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktral, integratif dan medan. Terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama, mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan sebagai suatu kesatuan.
Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.

B.      Memulai Hubungan Pembentukan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal
          dalam Memulai Hubungan
Suatu hubungan interpersonal dimulai dengan adanya ketertarikan interpersonal di mana ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka.
Tahap Hubungan Interpersonal
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1.      Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
2.      Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a)  Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain.
b)  Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c)  Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d)  Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e)  Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

B1.    Jenis Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan jumlah individu yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c) berdasarkan jangka waktu; serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan hubungan atara dua individu. Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang.
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.

B2.    Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu:
1.         Komunikasi efektif
2.         Ekspresi wajah
3.         Kepribadian
4.         Stereotyping
5.         Kesamaan karakter personal
6.         Daya tarik
7.         Ganjaran
8.         Kompetensi

C.        Intimasi dan Hubungan Pribadi

C1.   Pengertian Intimasi
Intimasi adalah kedekatan secara emosional dan psikologis diantara dua orang atau lebih (Atwater). Papalia dan Olds mendefinisikan intimasi sebagai sebuah kedekatan secara interpersonal diantara dua orang dan bahwa kedekatan yang terjadi tidak hanya sebatas pada dua orang yang saling mencintai (suami istri), namun juga terdapat pada hubungan pertemanan atau persahabatan, persaudaraan, dan ikatan-ikatan lainnya.
Steinberg berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.

D.        Intimasi dan Pertumbuhan
Salah satu syarat menjadi cinta dan dekat kepada seseorang dalam adalah intimasi atau keintiman. Hal ini juga disebutkan dalam Triangle Love Theory milik Robert Sternberg yang terdiri dari komponen keintiman (intimacy), gairah komponen (passion component), dan komponen keputusan / komitmen (decision/commitment component). Sumber 5
Sumber 4:

Sumber 5:

Cinta dan Perkawinan

Cinta sejati didasarkan pada persahabatan, kepercayaan, dan kepedulian  kepada orang lain. Cinta memusatkan diri pada seorang manusia beserta sifat-sifatnya secara utuh, bukan hanya hiasan fisiknya. Cinta memang berarti menyukai “penampilan fisik” seseorang, tapi dia jauh menyukai apa yang ada di “dalam”. Penampilan dan kemolekan fisik bisa diibaratkan seperti bungkusan hadiah yang menarik; pembungkus tersebut hanya menutupi hadiah sesungguhnya.*
            Pernikahan adalah kemitraan seumur hidup. Seorang pria dan wanita harus bekerja keras untuk menjadikan pernikahan mereka berhasil, dan keberhasilan itu nggak datang begitu saja. Dan sementara enggak ada jaminan semua akan berhasil, mengetahui apa yang harus dicari dari pasangan hidup bisa membantumu menemukan seseorang yang tepat bagimu.**
“pernikahan bukanlah tujuan; pernikahan adalah sebuah perjalanan”
*Ron Herron dan Val J. Peter, I Love Me: Gimana Jadi Remaja Pede N’ Smart Jakarta: Kaifa, 2003). Hlm. 167
**Ron Herron dan Val J. Peter, I Love Me: Gimana Jadi Remaja Pede N’ Smart Jakarta: Kaifa, 2003). Hlm. 173

A.        Bagaimana Memilih Pasangan

Kita akan belajar ketujuh kriteria yang harus ada dalam diri si dia. Kriteria ini adalah karakter yang baik dalam diri seseorang.
1. Komitmen Terhadap Pertumbuhan Pribadi
2. Keterbukaan Emosional
3. Integritas
4. Dewasa dan Bertanggung jawab
5. Memiliki Citra Diri Yang Sehat
6. Bersikap Positif Dalam Hidup Ini
7. Ada perasaan tertarik

Tanggapan:
Menurut saya seseorang yang mencari pasangan lebih menutamakan kesamaan dalam hal kepercayaan yaitu kesamaan agama. Saya pernah berbicara kepada teman-teman saya yang agamanya minoritas dan mayoritas dengan bertanya hal kecil kalian ingin punya pasangan seperti apa? Dan rata-rata mereka menjawab yang seiman dan dapat menuntun dalam hidup bergama yang lebih baik.
Dari artikel diatas saya juga mendapati penulis mengatakan carilah karakter baik bukan pribadi yang baik. Adanya hal positif dalam diri seseorang juga dapat menimbulkan daya tarik dan nilai lebih pada seseorang. Hal positif bisa didapatkan dengan memohon pada Tuhan supaya menjadi pribadi yang sesuai kehendak Tuhan. Yakinlah Tuhan tidak akan memberi ular kepada mereka yang meminta roti. Yakin juga akan istilah Belief On A Just World dunia adalah tempat yang baik, yang baik selalu mendapatkan ”hadiah”.

B.        Seluk Beluk Dalam Hubungan Perkawinan

CINTA: Jalan Menuju Pernikahan Sukses


Mencapai pernikahan sukses adalah hal yang sangat diidam-idamkan oleh orang-orang yang telah menikah. Namun alangkah sulitnya mencapai pernikahan sukses itu. Ini bisa dilihat dari prosentase orang yang bercerai dari tahun ke tahun, yang realitanya adalah semakin banyak pasangan yang bercerai di tengah jalan. Seperti kita ketahui bahwa awal yang mendasari suatu pernikahan adalah perasaan saling mencintai satu sama lain, namun seringkali kita lupa bahwa kekuatan cinta bisa pudar karena perjalanan waktu bila tidak disirami dengan secara terus menerus, yakni berupa tindakan-tindakan kasih sayang.
Dengan menyirami cinta Anda dengan tindakan-tindakan kasih sayang yang nyata, maka niscaya pernikahan Anda akan langgeng selama-lamanya.Oleh karena mulailah sedari awal Anda memulai mahligai keluarga, agar tindakan-tindakan Anda harus penuh kasih sayang terhadap pasangan Anda. Juga disini dituntut upaya seratus persen, bukan 75% atau bahkan setengahnya, tetapi berikanlah kasih sayang Anda secara total kepada pasangan Anda, sehingga ia dapat merasakan bagaimana Anda mencintai dia. Tentunya dengan Anda sebagai pemicu untuk memulai menunjukkan kasih sayang Anda kepadanya, ia juga akan terpacu pula untuk memberikan tindakan ia yang terbaik untuk Anda.
Runtuhnya ikatan pernikahan memang sangat disayangkan dan tidak patut terjadi pada suatu pasangan, bila sedari awal mereka telah berkomitmen untuk saling mencintai satu sama lain seumur hidup, namun bukan hanya di ucapan atau bibir saja, tetapi harusnya dimasukkan ke dalam relung hati yang paling dalam. Dari dulu hingga sekarang, rahasia pernikahan sukses selalu didengung-dengungkan orang, yakni jangan hilang perasaan saling mencintai, karena itulah inti yang akan mengobarkan semangat Anda guna mencapai pernikahan sukses di kemudian hari dengan pasangan yang Anda nikahi saat ini. Bila saat ini Anda merasakan api cinta Anda mulai meredup dan mungkin tinggal sebentar lagi menjadi padam, maka sebaiknya Anda secepatnya melakukan introspeksi diri dengan menggali esensi-esensi cinta yang pernah melanda Anda berdua di saat masih pacaran. Ingatan-ingatan akan kenangan masa lalu yang indah akan membantu Anda mengembalikan kobaran api cinta Anda menjadi besar kembali.

Tanggapan:
Seluk beluk perkawinan dihiasi dengan suka dan duka yang dialami pasangan. Dalam hubungan perkawinan diperlukan perasaan cinta yang tetap atau lebih dan adanya komunikasi yang baik dalam menjaganya.  Seiring berjalannya waktu perkawinan, berbagai macam problema mulai muncul. Dari masalah-masalah yang ‘sepele’ sampai ujian-ujian hidup yang lebih berat dan kompleks. Semua itu, jika tidak disikapi dengan kepala dingin, akan menyebabkan konflik yang mengancam keselamatan pernikahan itu sendiri. Salah satunya, tentang perbedaan karakter. Suami dan istri adalah dua orang dengan isi kepala yang berbeda, latar belakangpun tak sama. Jadi wajar, ketika hidup bersama, ada saja sesuatu yang bertolak belakang. Lalu, bagaimana kita mempersiapkan diri melewati ‘kerikil-kerikil’ itu? Mendengar pengalaman orang lain, setidaknya bisa membantu kita untuk menambah wawasan. Dan mencari pengetahuan lewat bacaan juga bisa menjadi alternatif solusinya.

C.        Penyesuaian dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan

Pola Penyesuaian Perkawinan Pasangan Suami Istri pada Periode Awal
Antar pasangan memang tidak sama persis dalam penyesuaian perkawinannya. Sebagai gambarannya berikut pola penyesuaian yang bisa dilukiskan dari para pasangan dalam studi ini. Masing-masing pasangan menunjukkan bagaimana beradaptasi terhadap perbedaan yang terjadi yang melewati beberapa fase seperti berikut.
1.       Fase bulan madu
2.       Fase pengenalan kenyataan
3.       Fase Kritis Perkawinan
4.       Fase menerima kenyataan
5.       Fase kebahagiaan sejati
Faktor-faktor yang Mendukung Penyesuaian Perkawinan
Terdapat berbagai macam faktor yang mendukung keberhasilan pasangan suami istri melakukan penyesuaian perkawinan. Dari sekian banyak faktor pendukung itu, diantaranya adalah: 1) mereka menginginkan kebahagiaan suami istri dalam perkawinan serta menjaga hubungan baik dalam keluarga terutama anak-anak mereka; 2) kesediaan masing-masing pasangan untuk saling memberi dan menerima cinta dengan memberikan perhatian-perhatian kecil, berusaha meluangkan waktu untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga; 3) cara mengekspresikan afeksinya pada pasangan, entah itu mengungkapkan rasa sayang secara verbal, mempunyai ‘panggilan khusus’ pada pasangan atau lewat tindakan seperti membantu mengerjakan tugas rumah tangga.4) pasangan lebih menanamkan rasa toleransi, kerukunan, menghormati, menghargai serta memahami pada masing-masing pasangan.5) pasangan menerapkan sikap saling terbuka diantara mereka mengenai hal sekecil apapun terutama menyangkut anak-anak.6) selalu menanamkan rasa cinta.

Tanggapan :
Penyesuaian selalu terjadi dalam kehidupan kita dan berlangsung sampai saat ini. Perubahan akan selalu ada, kita perlu memikirkan bagaimana keikhlasan hati kita dalam menerima (legowo) dalam menjalani kehidupan yang tidak akan sempurna karena resiko selalu adda dalam keputusan yang kita ambil.


D.        Perceraian dan Pernikahan Kembali

Perceraian Bukan Sebuah Hal yang Buruk


Perceraian adalah hal yang paling dibenci oleh Tuhan, namun jika itu memberi manfaat yang lebih besar daripada madharatnya, kenapa tidak? Banyak suami atau isteri yang terlalu dogmatis terhadap agamanya, sehingga dia lebih baik tersiksa dalam perkawinan dari pada harus mengambil jalan perceraian. Dalam ilmu psikologi modern banyak dikemukakan bahwa ketika kita menghadapi sebuah dilemma, maka pertimbangan moral yang lebih tinggi yang harus kita ambil dari 2 pilihan yang sangat berat. Kegagalan pernikahan bukan aib jika ternyata memberi kebahagiaan yang hakiki bagi anda. kegagagalan pernikahan bukan hal yang tabu kalau seandainya anda akan terbebas dari siksaan lahir maupun batin dari pasangan anda. Mempertahankan pernikahan bukan solusi yang tepat kalau dalam pernikahan anda merasa tak diakui dan dihargai sebagai manusia sejati.
Perceraian merupakan jalan terakhir setelah anda merasa sulit mengatasi ego pasangan anda dalam berbagai cara. Apa gunanya kehidupan rumah tangga dilanjutkan kalau harus mengorbankan harga diri dan martabat diri yang sudah diinjak-injak pasangan anda. setelah anda mempertimbangkan bahwa lebih banyak kebaikan yang dapat anda peroleh dengan adanya perceraian, maka segera ajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri yang terdekat. Bersikaplah tegar ketika anda berada dalam sidang perceraian. Mantapkan dalam hati bahwa kegagalan pernikahan anda kali ini bukanlah akhir dari dunia. Kiamat tak akan menimpa anda meskipun anda bercerai dengan pasangan yang pernah anda kasihi. Ungkapkan kepada hakim dalam sidang perceraian bahwa anda dan pasangan anda sudah mustahil untuk bersatu seperti air dengan minyak. Ajarkan kepada anak-anak bahwa kegagalan pernikahan anda sebagai orang tuanya adalah suatu takdir Tuhan yang tak bisa dipungkiri. Beri pengertian kepada mereka bahwa orang tua mereka telah mengambil jalan hidup masing-masing yang dipilihkan oleh Tuhan.
http://seputarpernikahan.com/menjaga-pernikahan/perceraian-bukan-sebuah-hal-buruk/
Artikel 2

Apa kata Alkitab mengenai perceraian dan pernikahan kembali?

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai perceraian dan pernikahan kembali?

Jawaban:
Pertama-tama, apapun pandangan mengenai perceraian, adalah penting untuk mengingat kata-kata Alkitab dalam Maleakhi 2:16a: “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel.” Menurut Alkitab, kehendak Allah adalah pernikahan sebagai komimen seumur hidup. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Matius 19:6). Meskipun demikian, Allah menyadari bahwa karena pernikahan melibatkan dua manusia yang berdosa, perceraian akan terjadi. Dalam Perjanjian Lama Tuhan menetapkan beberapa hukum untuk melindungi hak-hak dari orang yang bercerai, khususnya wanita (Ulangan 24:1-4). Yesus menunjukkan bahwa hukum-hukum ini diberikan karena ketegaran hati manusia, bukan karena rencana Tuhan (Matius 19:8).

Kontroversi mengenai apakah perceraian dan pernikahan kembali diizinkan oleh Alkitab berkisar pada kata-kata Yesus dalam Matius 5:32 dan 19:9. Frasa “kecuali karena zinah” adalah satu-satunya alasan dalam Alkitab di mana Tuhan memberikan izin untuk perceraian dan pernikahan kembali. Banyak penafsir Alkitab yang memahami “klausa pengecualian” ini sebagai merujuk pada “perzinahan” yang terjadi pada masa “pertunangan.” Dalam tradisi Yahudi, laki-laki dan perempuan dianggap sudah menikah walaupun mereka masih “bertunangan.” Percabulan dalam masa “pertunangan” ini dapat merupakan satu-satunya alasan untuk bercerai.

Namun demikian, kata Bahasa Yunani yang diterjemahkan “perzinahan” bisa berarti bermacam bentuk percabulan. Kata ini bisa berarti perzinahan, pelacuran dan penyelewengan seks, dll. Yesus mungkin mengatakan bahwa perceraian diperbolehkan kalau terjadi perzinahan. Hubungan seksual adalah merupakan bagian integral dari ikatan penikahan, “keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24; Matius 19:5; Efesus 5:31). Oleh sebab itu, memutuskan ikatan itu melalui hubungan seks di luar pernikahan dapat menjadi alasan untuk bercerai. Jika demikian, dalam ayat ini, Yesus juga memikirkan tentang pernikahan kembali. Frasa “kawin dengan perempuan lain” (Matius 19:9) mengindikasikan bahwa perceraian dan pernikahan kembali diizinkan dalam kerangka klausa pengecualian, bagaimanapun itu ditafsirkan. Penting untuk diperhatikan bahwa hanya pasangan yang tidak bersalah yang diizinkan untuk menikah kembali. Meskipun tidak disebutkan dalam ayat tsb, izin untuk menikah kembali setelah perceraian adalah kemurahan Tuhan kepada pasangan yang tidak bersalah, bukan kepada pasangan yang berbuat zinah. Mungkin saja ada contoh-contoh di mana “pihak yang bersalah” diizinkan untuk menikah kembali, namun konsep tsb tidak ditemukan dalam ayat ini.

Sebagian orang memahami 1 Korintus 7:15 sebagai “pengecualian” lainnya, di mana pernikahan kembali diizinkan jikalau pasangan yang belum percaya menceraikan pasangan yang percaya. Namun demikian, konteks ayat ini tidak menyinggung soal pernikahan kembali dan hanya mengatakan bahwa orang percaya tidak terikat dalam pernikahan kalau pasangan yang belum percaya mau bercerai. Orang-orang lainnya mengklaim bahwa perlakuan sewenang-wenang (terhadap pasangan yang satu atau terhadap anak) adalah alasan yang sah untuk bercerai sekalipun Alkitab tidak mencantumkan hal itu. Walaupun ini mungkin saja, namun tidaklah pantas untuk menebak Firman Tuhan.

Kadang-kadang hal yang dilupakan dalam perdebatan mengenai klausa pengecualian adalah kenyataan bahwa apapun jenis penyelewengan dalam pernikahan, itu hanyalah merupakan izin untuk bercerai dan bukan keharusan untuk bercerai. Bahkan ketika terjadi perzinahan, dengan anugrah Tuhan, pasangan yang satu dapat mengampuni dan membangun kembali pernikahan mereka. Tuhan telah terlebih dahulu mengampuni banyak dosa-dosa kita. Kita tentu dapat mengikuti teladanNya dan mengampuni dosa perzinahan (Efesus 4:32). Namun, dalam banyak kasus, pasangan yang bersalah tidak bertobat dan terus hidup dalam percabulan. Di sinilah kemungkinanan Matius 19:9 dapat diterapkan. Demikian pula banyak yang terlalu cepat menikah kembali setelah bercerai padahal Tuhan mungkin menghendaki mereka untuk tetap melajang. Kadang-kadang Tuhan memanggil orang untuk melajang supaya perhatian mereka tidak terbagi-bagi (1 Korintus 7:32-35). Menikah kembali setelah bercerai mungkin merupakan pilihan dalam keadaan-keadaan tertentu, namun tidak selalu merupakan satu-satunya pilihan.

Adalah menyedihkan bahwa tingkat perceraian di kalangan orang-orang yang mengaku Kristen hampir sama tingginya dengan orang-orang yang tidak percaya. Alkitab sangat jelas bahwa Allah membenci perceraian (Maleakhi 2:16) dan bahwa pengampunan dan rekonsiliasi seharusnya menjadi tanda-tanda kehidupan orang percaya (Lukas 11:4; Efesus 4:32). Tuhan mengetahui bahwa perceraian dapat terjadi, bahkan di antara anak-anakNya. Orang percaya yang bercerai dan/atau menikah kembali jangan merasa kurang dikasihi oleh Tuhan bahkan sekalipun perceraian dan pernikahan kembali tidak tercakup dalam kemungkinan klausa pengecualian dari Matius 19:9. Tuhan sering kali menggunakan bahwa ketidaktaatan orang-orang Kristen untuk mencapai hal-hal yang baik.

Tanggapan:
Saya tahu dalam tugas ini seharusnya memberikan 1 artikel tetapi saya menghadirkan 2 artikel karena adanya perbedan. Prinsip iman Kristen tentang pernikahan–monogami (satu pasangan), fidelitas (kesetiaan) dan indisolubilitas (tak terceraikan)–memperkuat idealisme semacam ini. Berhadapan dengan benturan antara idealisme dan realisme pernikahan kristiani ini, kita perlu memberikan sebuah sikap yang sekaligus teologis dan etis. Keduanya perlu diperdampingkan bersama-sama sebab, jika tidak, pemisahan keduanya hanya akan memunculkan sikap yang tak berimbang dan mandul dalam menyikapi persoalan perceraian. Pendekatan yang melulu teologis, tanpa perimbangan etis, hanya akan menghasilkan sikap-sikap ideologis, yang tampaknya kokoh dan tegas, namun sebenarnya jauh dari empati atas persoalan-persoalan hidup manusia. Sebaliknya, pendekatan yang mengaku diri etis, tanpa pemerkayaan teologis juga berbahaya, karena ia mudah sekali tampil terlalu situasional, tanpa prinsip dan kedalaman. Keseimbangan perspektif teologis dan etis di atas pada akhirnya memampukan gereja untuk mengambil sikap pastoral terhadap anggota jemaat yang harus menghadapi perceraian dan ingin memasuki pernikahan kembali.

Akhirnya, sikap terhadap masalah perceraian dan pernikahan kembali perlu diteropong dari empat sumber iman dan teologi Kristen yang sejak awal sudah selalu mengasuh gereja: Alkitab, tradisi, pengalaman dan akal-budi. Keempatnya sering disebut segiempat teologis (theological quadrilateral). Mencari tahu apa kata Alkitab memang penting, bahkan sangat penting, namun tanpa diterangi oleh pengalaman masa kini, tradisi iman gereja serta akal-budi yang jernih, maka kita bisa terjebak ke dalam biblisisme ideologis.
Pada akhirnya menurut saya ikuti suara kata hati dan yakinlah ajaran Tuhan selalu baik adanya untuk kita.


E.        Single Life

(Iman W Sujianto – Inspirator Morning Spirit)
Menarik sekali ketika membahas tentang sebaiknya menikah atau tetap lajang.  Jika hal ini dtanyakan kepada para lajang atau yang sudah menikah tentu jawabannya akan berbeda-beda. Yuk, kita lihat beberapa alasan mereka.

Mengapa sebagian wanita memilih untuk tetap melajang?

Dalam bahasa Indonesia. lajang adalah seseorang yang memiliki status perkawinan belum pernah menikah. Lajang tidak mengenal gender sehingga secara umum kata "masih lajang" dapat juga digunakan sebagai pengganti kata "masih jejaka (bujang)" ataupun "masih gadis (perawan)". Lawan kata lajang adalah telah menikah atau telah berumah tangga. Nah, khusus bagi kaum hawa tentu punya beberapa alasan mengapa  mereka memilih tetap melajang Beberapa alasan itu adalah :
Ingin membangun karir. Di China berdasar hasil survey, 82 % wanita memilih tidak menikah. Begitu pula di Jepang 90 % wanitanya memilih tidak menikah. Alasannya karena ingin fokus  membangun karir yang sukses.
Ingin mandiri. Ini adalah hal lain mengapa wanita tidak menikah. Jika ditanya, kecenderungan jawaban adalah lebih senang membuat keputusan ataupun menghasilkan uang sendiri, Tidak ingin tergantung dengan siapapun. Bebas melakukan apapun untuk menghabiskan hidupnya. Dia tidak harus merasa bersalah ketika dia menghabiskan uangnya untuk membeli tas ataupun baju dengan pasangannya.
Pendidikan. Wanita berpendidikan tinggi cenderung ingin berkarir hingga mentok sesuai dengan kemampuan. Mereka tidak ingin dibebani  tugas rutin seperti mengurus anak dan suami. Selain akhirnya mereka juga menjadi ‘terjebak’ karena sulitnya memilih calon suami yang sepadan dengan mereka.
Hati-hati. Sebagian wanita mengalami phobia takut menikah karena mereka melihat rekan-rekan disekelilingnya bercerai atau mendengar cerita pernikahan mengerikan dari orang lain. Akibatnya sebagian mereka menjadi kurang bersemangat dalam memandang sebuah perkawinan, sehingga cenderung sangat hati-hati untuk mengenal pasangan yang cocok dengannya.

Mengapa sebagian wanita yang lain memilih menikah?

Berbeda dengan mereka yang memutuskan melajang. Para wanita yang berani menikah juga mempunyai alasan kenapa mereka memilih menikah. Alasannya adalah:
Cinta. Karena cintanya dengan pasangan maka mereka mau untuk menikah. Mereka ingin menghabiskan sisa waktu dengan orang yang paling dicintainya.
Tidak mau dianggap perawan tua. Beberapa wanita merasa bahwa status itu sangat mengganggu dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu mereka menikah dengan pria yang cocok dan mereka cintai menjadi suami mereka dan mereka dapat terbebas dari tekanan sosial masyarakat.
Ingin punya anak dan keluarga. Mereka mengharapkan sebuah keluarga dan kehidupan yang berbahagia dengan mempunyai anak dan mendidik mereka hingga besar.
Menghindari seks bebas. Pergaulan sosial yang sudah sangat bebas saat ini membuat sebagian wanita merasa takut dirugikan ketika mereka membangun hubungan (pacaran) dengan lawan jenis, sehingga mereka segera menuntut ketika sudah cukup berpacaran untuk segera mengarah kepada jenjang pernikahan. 

Percaya bahwa menikah tambah banyak rejeki yang mengalir

Saat ini memang semakin banyak wanita yang mandiri. Mereka mampu mencari uang sendiri. Namun mereka pun ingin mempunyai perasaan yang lebih nyaman secara financial. Dan salah satunya adalah dengan menikah. Mereka percaya bahwa rejeki akan mengalir lebih banyak kepada orang yang menikah dan mempunyai anak.
Nah, para wanita Indonesia, apa pilihan Ladies saat ini, segera menikah atau tetap melajang ????
http://www.emveemag.com/article/90
Tanggapan :
Menurut saya banyak alasan seseorang untuk melajang. Kehidupan di perkotaan yang menuntut prestasi kerja lebih juga merupakan salah satunya. Adanya fobia atau trauma dan pengalaman orang disekitarnya tentang pandangan negatif pernikahan yang membuat takut. Kesibukan meniti karir (atau bisa disebut workaholic)  yang membuat para single life memilih memfokuskan diri pada karir mereka. Mungkin juga belum bisa mencocokan dan menyatukan kehidupan keluarga pasangan masing-masing karena menikah bukan hanya menyatukan dua insan saja tetai menyatukan dua keluarga. Dan single life bukan lagi karena nasib menjomblo atau perjaka atau perawan tua tetapi meruakan pilihan.
Sekedar tambahan dulu saya mempunyai pengajar yang belum menikah. Ibu saya mengatakan “wah perawan tua”. Saya pun sedikit kesal karena kita tidak bisa mengetahui alasan mereka dan tidak bisa men-judge seseorang hanya dari pandangan kita saja. Salah satu alasan pengajar saya karena dedikasinya untuk pekerjaan dan alasan lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar