KIAT MENGATASI KARYAWAN YANG SULIT
Oleh :
Guno Tri Tjahjoko
direktur digitaleadership consultant
Pada bulan Juni yang lalu saya diminta membawakan training di Bandung dengan topik Dealing with Difficult People. Dalam sesi diskusi ada peserta training yang bercerita dan bertanya kepada saya, sebagai berikut :
“Staf saya sudah bekerja 20 tahun, dia
merasa tidak pernah naik jabatan.Dia ingin jabatan yang layak dan gaji
yang besar. Namun pada saat saya menawarkan jabatan untuk dia pindah
divisi, dia tidak mau.Sementara itu di divisi saya, dia tidak mengalami
kemajuan. Tahun depan saya pensiun, dia saya tawarkan untuk menggantikan
posisi saya juga tidak mau. Dia sering masuk kantor seenaknya sendiri.
Datang hanya absen, setelah itu pergi.Kalau dinasihati dan ditegur dia
taat, tetapi minggu depan diulang lagi. Apa yang dia lakukan ternyata
memengaruhi rekan yang lain. Mereka ikut-ikutan malas bekerja. Bagaimana
caranya saya mengatasi karyawan yang sulit tersebut ?”
Ini hanya salah satu kasus tentang karyawan yang sulit dihadapi oleh manejer atau
pimpinan kantor. Bagaimana mengatasi masalah karyawan yang sulit diatur
? Kasus yang saya paparkan tadi tampaknya dimulai dari sistem
perekrutan karyawan yang bermasalah. Banyak pimpinan perusahaan
mengganggap remeh perekrutan karyawan, sehingga berdampak nantinya pada
karyawan yang sulit diatur. Saya berargumen bahwa karyawan yang diseleksi dengan alat tes psikologi saja kurang
memadai untuk mengetahui karakter yang sebenarnya. Alat tes psikologi
hanya sarana untuk membantu kita memahami apakah dia memiliki kemampuan
intelektual, kerjasama,kepemimpinan dan antusias dalam bekerja.Namun
alat tes tersebut terjemahan dari luar yang tentunya perlu ada
kontekstualisasi dengan kebutuhan di Indonesia.
Yang sering kali dilupakan oleh para ahli
psikologi atau HRD ialah karyawan adalah manusia yang memiliki perasaan,
pikiran dan keinginan. Yang sering kali terabaikan ialah bagaimana
mengetahui karakter atau keinginan karyawan. Pada waktu dia akan masuk
kerja, dia bisa berpura-pura menurut dan sepertinya orang yang
terhormat. Namun sering kali setelah karyawan bekerja dua tahun baru
tahu aslinya. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengatasi karyawan yang
sulit diatur diperlukan beberapa kiat, sebagai berikut :
1. Pahami temperamen karyawan
Karyawan adalah manusia yang memiliki
temperamen atau sifat yang tertatanam dalam dirinya. Menurut teori ada
empat temperamen dasar manusia, yakni : (1) sanguinis, (2) kholeris, (3)
melankolis dan (4) plegmatis. Sanguinis dan kholeris cenderung
berpembawaan ekstrovert, dimana mereka lebih suka membuka diri dan bicara apa adanya. Sebaliknya temperamen melankolis dan plegmatis cenderung introvert
dan berpembawaan pendiam atau berorientasi pada diri lebih besar. Pada
kenyataannya temperamen manusia tidak hanya satu saja, namun bisa
tercampur antara dua atau tiga perpaduan. Pada waktu seorang karyawan
masuk dalam perusahaan temperamen karyawan tersebut tidak hilang, namun
untuk sementara dia ‘menyembunyikannya’, agar kelihatan selaras dengan
yang diinginkan perusahaan. Pada saatnya nanti dia akan
muncul seperti angin yang bertiup tidak kelihatan, namun dapat dirasakan
dampaknya.Memahami temperamen karyawan ini penting bagi manajer atau
HRD dalam rangka rekrutmen. Dengan mengetahui karakter dasar karyawan,
maka pimpinan atau HRD akan mudah mengendalikan karyawan
(lih.www.digitaleadership.biz/library – saya memberikan ebook gratis
tentang temperamen kaitannya dengan pekerjaan)
2.Pahami masalah yang dihadapi karyawan
Pada umumnya pihak perusahaan tidak mau
memahami masalah yang dihadapi karyawannya, sehingga muncul tindakan
pembangkangan atau sulit diatur. Asumsi dasarnya perusahaan tidak mau
rugi dengan mengurusi urusan pribadi karyawannya. Mereka yang diterima
bekerja dalam perusahaan harusnya orang yang profesional dan mampu
mengatasi masalah pribadi. Namun yang terjadi karyawan yang sulit diatur
biasanya dia bermasalah dengan dirinya atau dia memiliki masalah di
rumah dengan keluarganya. Untuk menunjukkan kejengkelannya dia membuat
tindakan yang melawan aturan. Sikap yang bijak ialah mencoba berpikir
seperti karyawan berpikir. Mengapa karyawan sulit diatur ? Tentu ada
penyebabnya mengapa mereka sulit diatur ?
3. Ajak karyawan berbicara dari hati ke hati
Karyawan memiliki perasaan dan kebutuhan
perasaan ialah kesediaan pimpinan atau HRD untuk mendengar keluh kesah
mereka.Bila mereka sudah mengeluarkan keluh kesahnya, maka hal ini
pertanda dia masih peduli dengan pekerjaannya.Karyawan yang sulit diatur
biasanya ada motif tersembunyi yang ingin dia sampaikan. Studi kasus
tersebut diatas menunjukkan sang karyawan menginginkan
jabatan, namun dia takut mengambil resiko.Karena dia takut mengambil
resiko, dan maunya hanya gaji besar, maka dia seperti anak kecil yang
sedang merengek minta ice cream, namun orang tua tidak
memberikannya karena dia sedang sakit tenggorokan. Oleh karena itu sikap
yang bijak ialah pimpinan mengajak dia bicara secara pribadi dan
mencoba mencari tahu apa masalah dasar yang sedang dia hadapi. Karyawan
membutuhkan diterima sebagai manusia yang utuh yang perlu diperhatikan
dan dikasihi.
4. Memberdayakan karyawan secara positif
Karyawan tidak hanya butuh gaji saja, mereka
membutuhkan pikiran mereka dihargai dengan cara pimpinan menerima ide
atau masukan yang positif. Karyawan akan senang kalau diberi kepercayaan
untuk melakukan tugas yang sesuai dengan keahliannya. Libatkan karyawan
dalam pengambilan keputusan, sehingga apa yang telah disepakati bersama
mengikat semua karyawan. Dengan memberdayakan karyawan secara positif,
perusahaan akan diuntungkan karena hal ini akan memperkecil karyawan
yang sulit. Biasanya karyawan yang sulit diatur ini membutuhkan tempat
yang tepat untuk dia berekspresi. Seperti seorang anak kecil yang rewel
ketika ada tamu dirumah, dia akan semakin bikin ulah kalau dibiarkan.
Oleh karena itu anak yang rewel tersebut perlu diberi ‘mainan’, untuk
mengalihkan kerewelannya tersebut.
5. Arahkan pikiran karyawan sama dengan tujuan perusahaan
Pada umumnya karyawan tidak memahami
visi,misi dan tujuan perusahaan. Mereka hanya tahu kerja dengan target.
Kalau karyawan tidak mengetahui visi dan misi perusahaan secara detil,
maka mereka bekerja hanya untuk mencari gaji dan kedudukan.
Untuk itu diperlukan suatu langkah trobosan, agar karyawan memahami
visi dan misi perusahaan. Bukan hanya target saja yang mereka ketahui.
Perusahaan yang berfokus pada target produksi dengan mengabaikan
pemahaman visi,misi dan tujuan akan menjadikan karyawan sebagai obyek.
Artinya karyawan hanya dianggap sebagai ‘obyek’ yang digaji untuk
menghasilkan barang.Perusahaan dengan paradigma memahami karyawan
sebagai obyek, maka dia akan lemah dalam membangun budaya perusahaan yang
tangguh. Untuk mengarahkan pikiran karyawan agar sama dengan tujuan
perusahaan diperlukan sikap positif untuk bersinergi. Sikap yang bijak
yang diperlukan ialah menerima usulan dan kritik dari karyawan untuk
kemajuan perusahaan.
6.Mengembangkan budaya perusahaan yang manusiawi
Karyawan yang sulit diatur seperti tersebut
diatas,mungkin merasa dirinya tidak diperlakukan secara manusiawi.
Datang pagi hari absen, siang duduk-duduk dan pulang sore hari absen.
Irama kerja sepertinya mekanis,padahal mereka manusia yang membutuhkan
sentuhan kasih sayang. Sudah terbukti perusahaan yang mengembangkan dan
berkomitmen dengan keyakinan yang dimilikinya yang disebut budaya kerja (corporate culture)
akan lebih unggul dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki budaya
kerja. Budaya kerja tersebut dapat dirumuskan bersama antara pimpinan
dan karyawan yang kemudian dilakukan dan dievaluasi bersama. Budaya
disiplin, kerja keras,menghormati sesama karyawan,kejujuran,keberanian,
inovasi dan kreasi dapat dibiasakan dalam diri karyawan. Kalau karyawan
dilibatkan dalam proses pengembangan dan penerapan budaya kerja, maka
perusahaan akan diuntungkan karena kinerja karyawan akan prima.
7. Beri reward atau punishment
Untuk karyawan yang sulit diatur perlu
diperingatkan sampai tiga kali, namun kalau tetap tidak berubah
perusahaan dapat memberikan sangsi yang tegas. Apabila masih tetap dan
tidak berubah, maka perusahaan bisa mengambil sikap memecat karyawan
tersebut. Sebaliknya karyawan yang kerja bagus dan berprestasi perlu
diberikan penghargaan yang layak, yang dapat memotivasi
karyawan lain berprestasi.Sikap yang bijak yang perlu diterapkan
pemimpin ialah bersikap tegas, manusiawi, berani dan tepat dalam
mengambil keputusan.
Untuk informasi training Dealing with Difficult People, silahkan kunjungi www.digitaleadership.biz. Kami memberikan 21 ebook gratis yang membantu meningkatkan kualitas kerja anda.
kaki Merapi, 16 Juli 2011
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/07/16/kiat-mengatasi-karyawan-yang-sulit-379110.html#