Rabu, 30 Oktober 2013

Kiat Mengatasi Karyawan yang Sulit

KIAT MENGATASI KARYAWAN YANG SULIT
Oleh :
Guno Tri Tjahjoko
direktur digitaleadership consultant
Pada bulan Juni yang lalu saya diminta membawakan training di Bandung dengan topik Dealing with Difficult People. Dalam sesi diskusi ada peserta training yang bercerita dan bertanya kepada saya, sebagai berikut :
“Staf saya sudah bekerja 20 tahun, dia merasa tidak pernah naik jabatan.Dia ingin jabatan yang layak dan gaji yang besar. Namun pada saat saya menawarkan jabatan untuk dia pindah divisi, dia tidak mau.Sementara itu di divisi saya, dia tidak mengalami kemajuan. Tahun depan saya pensiun, dia saya tawarkan untuk menggantikan posisi saya juga tidak mau. Dia sering masuk kantor seenaknya sendiri. Datang hanya absen, setelah itu pergi.Kalau dinasihati dan ditegur dia taat, tetapi minggu depan diulang lagi. Apa yang dia lakukan ternyata memengaruhi rekan yang lain. Mereka ikut-ikutan malas bekerja. Bagaimana caranya saya mengatasi karyawan yang sulit tersebut ?”
Ini hanya salah satu kasus tentang karyawan yang sulit dihadapi oleh manejer atau pimpinan kantor. Bagaimana mengatasi masalah karyawan yang sulit diatur ? Kasus yang saya paparkan tadi tampaknya dimulai dari sistem perekrutan karyawan yang bermasalah. Banyak pimpinan perusahaan mengganggap remeh perekrutan karyawan, sehingga berdampak nantinya pada karyawan yang sulit diatur. Saya berargumen bahwa karyawan yang diseleksi dengan alat tes psikologi saja kurang memadai untuk mengetahui karakter yang sebenarnya. Alat tes psikologi hanya sarana untuk membantu kita memahami apakah dia memiliki kemampuan intelektual, kerjasama,kepemimpinan dan antusias dalam bekerja.Namun alat tes tersebut terjemahan dari luar yang tentunya perlu ada kontekstualisasi dengan kebutuhan di Indonesia.
Yang sering kali dilupakan oleh para ahli psikologi atau HRD ialah karyawan adalah manusia yang memiliki perasaan, pikiran dan keinginan. Yang sering kali terabaikan ialah bagaimana mengetahui karakter atau keinginan karyawan. Pada waktu dia akan masuk kerja, dia bisa berpura-pura menurut dan sepertinya orang yang terhormat. Namun sering kali setelah karyawan bekerja dua tahun baru tahu aslinya. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengatasi karyawan yang sulit diatur diperlukan beberapa kiat, sebagai berikut :
1. Pahami temperamen karyawan
Karyawan adalah manusia yang memiliki temperamen atau sifat yang tertatanam dalam dirinya. Menurut teori ada empat temperamen dasar manusia, yakni : (1) sanguinis, (2) kholeris, (3) melankolis dan (4) plegmatis. Sanguinis dan kholeris cenderung berpembawaan ekstrovert, dimana mereka lebih suka membuka diri dan bicara apa adanya. Sebaliknya temperamen melankolis dan plegmatis cenderung introvert dan berpembawaan pendiam atau berorientasi pada diri lebih besar. Pada kenyataannya temperamen manusia tidak hanya satu saja, namun bisa tercampur antara dua atau tiga perpaduan. Pada waktu seorang karyawan masuk dalam perusahaan temperamen karyawan tersebut tidak hilang, namun untuk sementara dia ‘menyembunyikannya’, agar kelihatan selaras dengan yang diinginkan perusahaan. Pada saatnya nanti dia akan muncul seperti angin yang bertiup tidak kelihatan, namun dapat dirasakan dampaknya.Memahami temperamen karyawan ini penting bagi manajer atau HRD dalam rangka rekrutmen. Dengan mengetahui karakter dasar karyawan, maka pimpinan atau HRD akan mudah mengendalikan karyawan (lih.www.digitaleadership.biz/library – saya memberikan ebook gratis tentang temperamen kaitannya dengan pekerjaan)
2.Pahami masalah yang dihadapi karyawan
Pada umumnya pihak perusahaan tidak mau memahami masalah yang dihadapi karyawannya, sehingga muncul tindakan pembangkangan atau sulit diatur. Asumsi dasarnya perusahaan tidak mau rugi dengan mengurusi urusan pribadi karyawannya. Mereka yang diterima bekerja dalam perusahaan harusnya orang yang profesional dan mampu mengatasi masalah pribadi. Namun yang terjadi karyawan yang sulit diatur biasanya dia bermasalah dengan dirinya atau dia memiliki masalah di rumah dengan keluarganya. Untuk menunjukkan kejengkelannya dia membuat tindakan yang melawan aturan. Sikap yang bijak ialah mencoba berpikir seperti karyawan berpikir. Mengapa karyawan sulit diatur ? Tentu ada penyebabnya mengapa mereka sulit diatur ?
3. Ajak karyawan berbicara dari hati ke hati
Karyawan memiliki perasaan dan kebutuhan perasaan ialah kesediaan pimpinan atau HRD untuk mendengar keluh kesah mereka.Bila mereka sudah mengeluarkan keluh kesahnya, maka hal ini pertanda dia masih peduli dengan pekerjaannya.Karyawan yang sulit diatur biasanya ada motif tersembunyi yang ingin dia sampaikan. Studi kasus tersebut diatas menunjukkan sang karyawan menginginkan jabatan, namun dia takut mengambil resiko.Karena dia takut mengambil resiko, dan maunya hanya gaji besar, maka dia seperti anak kecil yang sedang merengek minta ice cream, namun orang tua tidak memberikannya karena dia sedang sakit tenggorokan. Oleh karena itu sikap yang bijak ialah pimpinan mengajak dia bicara secara pribadi dan mencoba mencari tahu apa masalah dasar yang sedang dia hadapi. Karyawan membutuhkan diterima sebagai manusia yang utuh yang perlu diperhatikan dan dikasihi.
4. Memberdayakan karyawan secara positif
Karyawan tidak hanya butuh gaji saja, mereka membutuhkan pikiran mereka dihargai dengan cara pimpinan menerima ide atau masukan yang positif. Karyawan akan senang kalau diberi kepercayaan untuk melakukan tugas yang sesuai dengan keahliannya. Libatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, sehingga apa yang telah disepakati bersama mengikat semua karyawan. Dengan memberdayakan karyawan secara positif, perusahaan akan diuntungkan karena hal ini akan memperkecil karyawan yang sulit. Biasanya karyawan yang sulit diatur ini membutuhkan tempat yang tepat untuk dia berekspresi. Seperti seorang anak kecil yang rewel ketika ada tamu dirumah, dia akan semakin bikin ulah kalau dibiarkan. Oleh karena itu anak yang rewel tersebut perlu diberi ‘mainan’, untuk mengalihkan kerewelannya tersebut.
5. Arahkan pikiran karyawan sama dengan tujuan perusahaan
Pada umumnya karyawan tidak memahami visi,misi dan tujuan perusahaan. Mereka hanya tahu kerja dengan target. Kalau karyawan tidak mengetahui visi dan misi perusahaan secara detil, maka mereka bekerja hanya untuk mencari gaji dan kedudukan. Untuk itu diperlukan suatu langkah trobosan, agar karyawan memahami visi dan misi perusahaan. Bukan hanya target saja yang mereka ketahui. Perusahaan yang berfokus pada target produksi dengan mengabaikan pemahaman visi,misi dan tujuan akan menjadikan karyawan sebagai obyek. Artinya karyawan hanya dianggap sebagai ‘obyek’ yang digaji untuk menghasilkan barang.Perusahaan dengan paradigma memahami karyawan sebagai obyek, maka dia akan lemah dalam membangun budaya perusahaan yang tangguh. Untuk mengarahkan pikiran karyawan agar sama dengan tujuan perusahaan diperlukan sikap positif untuk bersinergi. Sikap yang bijak yang diperlukan ialah menerima usulan dan kritik dari karyawan untuk kemajuan perusahaan.
6.Mengembangkan budaya perusahaan yang manusiawi
Karyawan yang sulit diatur seperti tersebut diatas,mungkin merasa dirinya tidak diperlakukan secara manusiawi. Datang pagi hari absen, siang duduk-duduk dan pulang sore hari absen. Irama kerja sepertinya mekanis,padahal mereka manusia yang membutuhkan sentuhan kasih sayang. Sudah terbukti perusahaan yang mengembangkan dan berkomitmen dengan keyakinan yang dimilikinya yang disebut budaya kerja (corporate culture) akan lebih unggul dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki budaya kerja. Budaya kerja tersebut dapat dirumuskan bersama antara pimpinan dan karyawan yang kemudian dilakukan dan dievaluasi bersama. Budaya disiplin, kerja keras,menghormati sesama karyawan,kejujuran,keberanian, inovasi dan kreasi dapat dibiasakan dalam diri karyawan. Kalau karyawan dilibatkan dalam proses pengembangan dan penerapan budaya kerja, maka perusahaan akan diuntungkan karena kinerja karyawan akan prima.
7. Beri reward atau punishment
Untuk karyawan yang sulit diatur perlu diperingatkan sampai tiga kali, namun kalau tetap tidak berubah perusahaan dapat memberikan sangsi yang tegas. Apabila masih tetap dan tidak berubah, maka perusahaan bisa mengambil sikap memecat karyawan tersebut. Sebaliknya karyawan yang kerja bagus dan berprestasi perlu diberikan penghargaan yang layak, yang dapat memotivasi karyawan lain berprestasi.Sikap yang bijak yang perlu diterapkan pemimpin ialah bersikap tegas, manusiawi, berani dan tepat dalam mengambil keputusan.
Untuk informasi training Dealing with Difficult People, silahkan kunjungi www.digitaleadership.biz. Kami memberikan 21 ebook gratis yang membantu meningkatkan kualitas kerja anda.
kaki Merapi, 16 Juli 2011

http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/07/16/kiat-mengatasi-karyawan-yang-sulit-379110.html#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar